BAB 1
KAREKTERISTIK DAN
LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK
A.
Pengertian Dan Ruang Lingkup
Akuntansi Sektor Publik
Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik
telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian
yang lebih besar terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga2
pemerintah, perusahaan milik negara/daerah, dan berbagai organisasi publik
lainnya dibandingkan dengan pada masa2 sebelumnya.
Dalam
pemerintahan sendiri, sudah mulai ada perhatian yang lebih besar terhadap
penilaian kelayakan praktik manajemen pemerintahan yang mencakup perlunya
dilakukan perbaikan sistem akuntansi manajemen, sistem akuntansi keuangan,
perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan, serta
berbagai implikasi finansial atas kebijakan2 yang dilakukan pemerintah. Jika
diamati secara lebih mendalam, akuntansi sektor publik memiliki peranan yang
vital dan menjadi subyek untuk didiskusikan baik oleh kalangan akademisi maupun
praktisi sektor publik.
Organisasi
sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien,
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas
aktivitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi
dapat dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk
mengelola urusan2 publik. Akuntansi sektor publik pada awalnya merupakan
aktivitas yang terspesialisasi dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun
demikian, saat ini akuntansi sektor publik sedang mengalami proses untuk
menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan dan substansial keberadaannya.
Akuntansi
sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah yang lebih
luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta.
Istilah
“sektor publik” sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal ini tersebut
merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin
ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi
yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat
dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
hak publik.
Beberapa
tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh sektor
swasta, misalnya tugas untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik,
seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik,
dan sebagainya. Akan tetapi utnuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak
dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan.
Sebagai konsekuensinya, akuntansi sektor pulik dalam beberapa hal berbeda
dengan akuntansi pada sektor swasta.
B.
Sifat Dan Karakteristik akuntansi
Sektor Publik.
Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive
activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil
tersebut harus memiliki manfaat . Akuntansi dugunakan baik pada sektor swasta
maupun sektor publik untuk tujuan2 yang berbeda. Dalam beberapa hal, akuntansi
sektor publik berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta.
Organisasi
sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan turbulance.
Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi faktor
ekonomi, politik, kultur, dan demografi.
- Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi
organisasi sektor publik antara lain :
ü Pertumbuhan ekonomi, Tingkat Inflasi,
Pertumbuhan Pendapatan per kapita (GNP/GDP), Struktur Produksi, Tenaga Kerja,
Arus Modal dalam negeri, Cadangan Devisa, Nilai Tukar mata uang, Utang dan
Bantuan luar negeri, Infrastruktur, Teknologi, Kemisikinan dan Kensenjangan
ekonomi, Sektor Informal.
- Faktor Politik
Faktor politik yang mempengaruhi
sektor publik antara lain :
ü Hubungan negara dan masyarakat,
Legitimasi pemerintah, Tipe rezim yang berkuasa, Ideologi negara, Elit Politik
dan massa, Jaringan Inernasional, Kelembagaan.
- Faktor Kultural
Faktor kultural yang mempengaruhi
organisasi sektor publik antara laian :
ü Keragaman suku, (ras, agama, bahasa,
dan budaya), Sistem nilai di masyarakat, Historis, Sosiologi Masyarakat,
Karakterisitik Masyarakat, Tingkat pendidikan.
- Faktor Demografi
Faktor demografi yang mempengaruhi
organisasi sektor publik antara lain :
ü Pertumbuhan penduduk, Struktur usia
penduduk, Migrasi, Tingkat kesehata.
- Value For Money
Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi,
pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan
baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam
menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu:
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
ü Ekonomi : pemerolehan input dengan
kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan
perbandingan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait
dengan sejauh mana oganisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources
yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.
ü Efisiensi : pencapaian output yang
maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk
mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
ü Efektiitas : tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan
perbandingan outcome dengan output.
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money,
namun beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu
ditamban dua elemen lain yaitu: keadilan (equity) dan pemerataan atau
kesetaraan (equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (social
opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik secara merata
(equality). Artinya, penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya
terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja, melaikan dilakukan secara merata.
Secara skematis, value for money dapat digambarkan sebagai
berikut :
![]() |
![]() |
![]() |




Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan
suatu kebijakan, program, dan aktivitas. Contoh input adalah : dokter di rumah
sakit, tanah untuk jalan baru, guru di sekolah, dan sebagainya. Input dapat
dinyatakan secara kuantitatif, misalnya jumlah dokter, luas tanah, jumlah guru,
dan sebagainya. Input pula dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya dokter,
harga tanah, gaji guru, dan sebagainya.
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program,
aktivitas, dan kebijakan. Pada umumnya output yang diinginkan saja yang
dibicarakan, sedangkan output yang tidak didinginkan atau efek samping,
misalnya peningkaan polusi yang terjadi akibat dubuatnya jalan baru, jarang
dibicarakan. Mengukur output lebih sulit dilakukan terutama untuk pelayanan
sosial, seperti pendidian, keamanan atau kesehatan. Misalnya, output yang
dihasilkan polisi adalah tegaknya hukum dan peraturan atau rasa aman masyrakat.
Akan tetapi bagaimana mengukur output tersebut Barangkali dapat dikatakan bahwa
ukuran output adalah turunnya angka kriminalitas, tetapi hal tersebut tidak
sepenuhnya benar karena turunya anka kriminalitas dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti peran pendidikan, perbaikan ekonomi, dan sebaginya sedangkan
aktivitas polisi hanyalah salah satu faktor saja.
Sasaran Antara
(Throughput)
Analisis value for money memerlukan data input dan output
yang memadai karena value for money mempunyai kaitan erat dengan pengukuran
output dan input. Permasalahan yang seringkali muncul adalah tidak tersedianya
data yang lengkap terutama data output. Tidak tersedianya data output yang
lengkap tidak berarti analisis value for money tidak dapat dilakukan. Karena
untuk mengukur output seringkali terdapat kesulitan, organisasi sektor publik
menggunakan output antara (intermediate output) atau indikator kinerja
(performance indicator) sebagai alat ukur output.
Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas
tertentu. Sebagai contoh, outcome yang diharapkan terjadi dari aktivitas
pengumpulan sampah oleh dinas kebersihan kota adalah terciptanya lingkungan
kota yang bersih dan sehat. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan
(objectives) atau target yang hendak dicapai.
Value for
money dapat dicapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input paling
kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi sektor
publik gencar dilakukan seiring dengan peningkatannya tuntutan akuntabilitas
publik dan pelaksanaan good govermance. Implementasi konsep value for money
diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja
sektor publik. Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi
sektor publik antara lain :
-
Meningkatkan
efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran;
-
Meningkatkan
mutu pelayanan publik;
-
Menurunkan
biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya penghematan
dalam penggunaan input;
-
Alokasi
belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan meningkatkan
kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.
- Perbedaan Dan Persamaan Sektor Publik Dengan Sektor
Swasta.
Pebedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor
swasta dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal yaitu :
-
Tujuan
organisasi, Sumber Pembiayaan, Pola Pertanggungjawaban, Struktur Organisasi,
Karakteristik anggaran, Stakeholder yang dipengaruhi, dan Sistem akuntansi yang
digunakan.
Tabel 1.1
Perbedaan Sifat dan karakteristik Organisasi Sektor Publik
dengan Sektor Swasta.
Perbedaan
|
Sektor
Publik
|
Sektor
Swasta
|
Tujuan
Organisasi
|
Nonprofit
Motive
|
Profit
motive
|
Sumber
pendanaan
|
Pajak,
retribusi, utang, obligasi pemerintah, laba BUMN/BUMD, Penjualan aset negara,
dsb.
|
Pembiayaan
internal: Modal sendiri, laba ditahan, penjualan aktiva, Pembiayaan ekternal
: Utang bank, pbligasi, penerbitan saham
|
Pertanggungjawaban
|
Pertanggungjawaban
kepada masyarakat (publik) dan parlemen (DPR/DPRD)
|
Pertanggungjawaban
kepada pemegang saham dan kreditor
|
Struktur
Organisasi
|
Birokratis,
kaku, dan hierarkis
|
Fleksibel
: data, piramid, lintas fungsional, dsb.
|
Karakteristik
anggaran
|
Terbuka
untuk publik
|
Tertutuo
untuk publik
|
Sistem
Akuntasi
|
Cash
Accounting
|
Accrual
Acconting
|
- Tujuan Organisasi, Dilihat dari
tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Perbedaan yang menonjol terletak pada tujuan untuk memperoleh laba. Pada
sektor swasta terdapat semangat untuk memaksimumkan laba (profit motive),
sedangkan pada sektor publik tujuan utama organisasi bukan untuk
memaksimumkan laba tetapi pemberian pelayanan publik (public service),
seperti : pendidikan,kesehatan masyarakat, keamanan, penegakan hukum
trasportasi publik, dan penyediaan barang kebutuhan publik (misalnya:
penyediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat).
- Sumber Pembiayaan, perbedaan
sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber pendanaan
organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur modal
atau struktur pembiayaan. Struktur pembiayaan sektor publik berebda dengan
sektor swasta dalam hal bentuk, jenis, dan tingkat risiko. Pada sektor
publik sumber pendanaan berasal dari pajak dan retribusi, charging for
service, laba perusahaan milik negara, pinjaman pemerintah berupa utang
luar negeri dan obligasi pemerintah.
- Pola Pertanggungjawaban,
pertanggungjawaban manajemen sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan
(pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik
manajemen bertanggungjawab kepada masyarakat karena sumber dana yang
digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemebrian pelayanan publik
nerasal dari masyrakat (public funds).
- Struktur Organisasi, secara
kelembagaan , organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor swasta.
Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan
hierarkis, sedangkan struktur organisasi pada sektor swasta lebih
fleksibel. Struktur organisasi pada sektor swasta dapat berbentuk datar,
piramid, lintas fungsional (cross functional), dan lainnya sesuai dengan
pilihan organisasi.
- Karakteristik Anggaran dan
Stakeholder, jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik
rencana anggaran dipublikkasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk
dikritisi dan didiskusikan. Anggaran bukan sebagai rahasia negara.
Sementara itu anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup bagi publik karena
anggaran merupakan rahasia perusahaan.
Tabel 1.2
Perbedaan Stakeholder sektor publik
dengan sektor swasta
Stakeholder Sektor Publik
|
Stakeholder Sektor Swasta
|
Stakeholder Eksternal :
Stakeholder Internal :
|
Stakeholder Eksternal :
Stakeholder Internal :
|
- Sistem Akuntansi, perbedaan yang lain adalah sistem
akuntansi yang digunakan. Sistem akuntansi yang biasa digunakan pada
sektor publik lebih banyak menggunakan sistem akuntansi berbasis kas (cash
accounting)
Persamaan Sektor Publik dan Sektor
Swasta
Meskipun sektor
publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda denga sektor swasta,a akan
tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu :
- Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta
merupakan bagian intergral dari sistem ekonomi disuatau negara dan
keduannya menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan
organisasi.
- Keduannya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah
kalangan sumber daya (scarcity of resources), sehingga baik sektor publik
maupun sektor swasta dituntut untuk menggunakan sumber daya organisasi
secara ekonomis, efisien, dan efektif.
- Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen
keuangan, pada dasarnya sama di kedua sektor. Kedua sktor sama-sama
membutuhkan informasi yang handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi
manajemen, yaitu:perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
- Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang
sama, misalnya: baik pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak di bidang
transportasi massa, pendidikan, kesehata, penyediaan energi, dan
sebagainya.
- Kedua sektor terikat pada perarturan perundangangan dan
ketentuan hukum lain yang disyaratkan.
- Tujuan Akuntansi
Sektor Publik
American
Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan bahwa tujuan
akuntansi pada organisasi sektor publik adalah untuk :
- Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola
secara tepat, efisien, dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber
daya yang dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan
pengendalian manajemen (management control).
- Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer
untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan
efektif pogram dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan
memungkinkan bagi pegawai peemrintah untuk melaporkan kepada publik atas
hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait
dengan akuntabilitas (accountability).
Akuntansi
sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi
pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Kauntansi sektor publik merupakan
alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen mapun alat informasi bagi
publik. Bagi Pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses
pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program,
penganggaran, evaluasi kinerja dan pelaporan kinerja.
- Perkembangan
Akuntansi Sektor Publik
Berbagai
kritik mengenai peran organisasi sektor publik dalam pembangunan telah
mengalami perubahan yang dramatis. Pada tahun 1950-an dan 1960-an sektor publik
memainkan peran utama sebagai pembuat dan pelaksana strategi pembagunan.
Istilah “sektor publik” mulai dipakai pertama kali tahun 1952. Pada waktu itu,
sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro yang
terkait dengan pembangunan dan lembaga pelaksana pembangunan. Kedudukan sektor
publik bertambah lemah karena orientasi pembangunan lebih diarahkan pada
pembangunan sektor swasta dan cendrung mengabaikan pembangunan sektor publik.
Baru pada tahun 1980-an reformasi
sektor publik dilakukan di negara-negara industri maju sebagai jawaban atas
berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan dilakukan misalnya dengan
mengadopsi pendekatan New Public Management (NPM) dan reinventing government
dibanyak negara terutama negara Anglo-Saxon. NPM berakar dari teori manajemen
yang pada dasarnya beranggapan bahwa
praktik bisnis komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik
dibandingkan dengan praktik dana manajemn pada sektor publik. Oleh karena itu
untuk memperbaiki kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan
teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta kedalam sektor publik,
seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive
Tendering-CCT), dan privatisasi perusahaan2 publik.
Dengan adanya perubahan pada sektor
publik tersebut, terjadi pula perubahan akuntansi sektor publik. Akuntansi
sektor publik kemudian mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perubahan2 yang
terjadi. Sebagai contoh adalah terjadi perubahan sistem akuntansi dari
akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasisi akrual. Perubahan akuntansi
dari basis kas menjadi akrual merupakan bagian penting dari proses reformasi
sektor publik di negara-negara Anglo-Saxon. Pemerintah New Zealand yang
dianggap paling maju dan sukses dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual
telah mengadopsi sistem akuntansi tersebut sejak tahun 1991 yang kemudian
diikuti oelh Jepang, Itali dan negara2 Eropa lainnya, meskipun di Itali sistem
tersebut kurang efektif dan kurang sukses. Tujuan memperkenalkan sisitem
akuntansi akrual adalah membantu meningkatkan transparansi dan memperbaiki
efisiensi dan efektivitas sektor publik.
- Akuntansi Sektor
Publik Good Bovernance
Pengertian
goverment dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan2 publik. World Bank
memberikan definisi governance sebagai “
the way state power is used in managing economic and social resources for
development of society”. Sementara itu, United Nation Devolopment Program
(UNDP) mendefiniskan governance sebagai “
the exercise of political. Economic, and administrative authority to manage an
nation’s affair at all levels”’ Dalam hal ini, Wold bank lebih menekankan
pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan
pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP lebih menekankan pada aspek politik,
ekonomi, dan administratif dalam pengelolaan negara. Political governance
mengacu pada proses pembuatan keputusan dibidang ekonomi yang berimplikasi pada
masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, peningkatan kualitas hidup.
Administrai govermance mengacu pada sistem implementasi kebijakan.
Karakteristik Good Govermance Menurut
UNDP
UNDP
memberikan beberapa karakteristik pelaksanaan good governance, meliputi :
- Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
keuputusan baik secara langsung maupun tidak langsung memlalui lembaga
perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut
dibangun atas dasar kebebasan bersosiasi dan berbicara serta
berpartisipasi secara konstruktif.
- Rule of law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan
tanpa pandang bulu.
- Transparency. Transparansi dibagun atas dasar kebebasan
memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik
secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
- Responsiveness. Lembaga2 publik harus cepat dan tanggap
dalam melayani stakeholder.
- Consensus ariention. Berorientasi pada kepentingan
masyarakat yang lebih luas.
- Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama
untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan.
- Efficiency and Effectivensess. Pengelolaan sumber daya
publik dilakukan secara berdaya
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
- Accountability. Pertanggungjawab kepada pihak publik
atas setiap aktivitas yang dilakukan.
- Strategic Vision. Penyelenggara pemerintahan dan
masyarakat harus memiliki visi jauh kedepan.
- Akuntabilitas
Publik
Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik
dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksana akuntabilitas publik
oleh organisasi sektor publik (seperti : pemerintah pusat dan daerah, unit-unit
kerja pemerintah, depertemen dan lembaga-lembaga negara). Tuntutan
akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan transparansi dan
pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak-hak publik.
Pengertian Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak
pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri
atas dua macam : (1) akuntabilitas vertikal (vertikal accountability), dan (2)
akuntabilitas horisontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi
sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood (1993) menjelaskan
terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor
publik, yaitu :
- Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum
(accountibility for probity and legality),
- Akuntabilitas proses (process accountability),
- Akuntabilitas program (program accountibility),
- Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
- Privatisasi
Perusahaan publik juga tidak luput dari tudingan sebagai
sarang korupsi, kolusi,nepotisme, inefisiensi, dan sumber pemborosan negara.
Keluhan “birokrat tidak mampu berbisnis” ditujukan untuk mengkritik
buruknya.Kinerja perusahaan2 publik. Rendahnya kinerja perusahaan publik
diperkuat dengan bukti ambruknya sektor bisnis pemerintah di banyak negara
sehingga menimbulkan pertanyaan publik mengenai kemampuan pemerintah dalam
menjalankan perusahaan publik secara ekonomis dan efisien (Nicholls, 1991). Di
Indonesia sendiri, masih banyak perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD) yang
dijalankan secara tidak efisiensi yang dialami oleh BUMN dan BUMD tersebut
abtara lain disebabkan adanya intervensi politik, sentralisasi, rent seeking
behaviour, dan manajemen yang buruk.
- Otonomi Daerah
Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia
semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan ototonomi daerah
dan desentralisasi fiskal. Salah satu ketetapan MPR yaitu Tap MPR Nomor
XV/MPR/1998 tentang “Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian dan
Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia’ merupakan
landasan hukum bagi dikeluarkannya UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Pusat
dan Daerah sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah.
Misi utama kedua UU tersebut adalah desentralisasi.
Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari Pemerintah pusat ke
pemerintah yang lebih rendah tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang
pemerintah ke pihak swasta dalam bentuk privatisasi.
BAB 2
AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
Peran utama
akuntansi manajemen sektor publik adalah menyediakan informasi akuntansi yang
akan digunakan oleh manajer publik dalam melakukan fungsi perencanaan dan
pengendalian organisasi. Akuntansi manajemen merupakan bagian dari suatu sistem
pengendalian manajemen yang integral. Institute of management Accounts (1981)
mendefinisikan akuntansi managemen sebagai suatu proses pengindetifikasikan,
pengukuran, pengakumulasikan, penganalisaan, penyiapan dan pengkomunikasian
informasi finansial yang digunakan oleh manajemen untuk perencanaan, evaluasi,
dan pengendalian organisasi serta untuk menjamin bahwa sumber daya digunakan
secara tepat dan akuntabel. Dalam Statements on Management Accounting IA.
Tentang Definisi Akuntansi Manajemen, akuntansi manajemen didefinisikan sebagai
berikut :
“The process of identification,
measurement, accumulation, analysis, preparation, interpretation, and
communication of financial informastion used by management to plan,evaluate,
and control within an organization and to assure appropriate use of and accounrability
for its resources.”
Sementara
itu, Chartered Institute of Management Accountants (1994) dalam Jones &
Pendlebury (1996) membuat definisi yang lebih luas dari pada definisi yang
dikeluarkan oleh Institute of Management Accountants, terutama dalam hal luas
informasi yang diberikan.Yang definisinya yaitu Akuntansi Managemen sebagai
suatu bagian intergral dari manajemen yang terkait dengan pengidentifikasian,
penyajian, dan penginterpretasian informasi yang digunakan untuk :- Perumusan
strategi, -Perencanaan dan pengendalian aktivitas, -Pengambilan keputusan,-
Pengoptimalan penggunaan sumber daya,- Pengungkapan (disclousure) kepada
shareholders dan pihak luar organisasi,- Pengungkapan kepada karyawan, dan
pelindungan aset.
B. Akuntansi Sebagai Alat Perencanaan
Organisasi
Perencanaan merupakan cara
organisasi menetapkan tujuan dan sasaran organisasi. Perencanaan meliputi
aktivitas yang sifatnya strategik, taktis, dan melibatkan aspek operasional.
Perencanaan organisasi sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi keadaan
dimasa yang akan datang.
Dalam
organisasi sektor publik, lingkungan yang mempengaruhi sangat heteregon. Faktor
politik dan ekonomi sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat kestabilan
organisasi. Sementara itu tingkat ketidakpastian (turbulansi) yang dihadapi
sektor publik dimasa-masa mendatang akan semakin tinggi. Sebagai misal
perkembangan internet menyebabkan munculnya gagasan dikembangkan e-government,
E-government merupakan upaya untuk memperbaiki proses dan prosedur administrai di
pemerintahan dengan menggunakan teknologi informasi (internet) agar memberikan
kemudahan dan kecepatan pelayanan kepada stakholder-nya.
Informasi
akunatnsi sebagai alat perencanaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu : 1. Informasi sifatnya rutin ataukah ad hoc, 2.Informasi
kuantitatif ataukah kualitatif, dan 3. Informasi disampaikan melalui saluran
formal ataukah informasl.
C. Akuntansi
Sebagai Alat Pengendalian Organisasi
Untuk menjamin bahwa stategi untuk
mencapai tujuan organisasi dijalankan secara ekonomis, efisien, dan efektif,
maka diperluakan suatu sistem pengendalian yang efektif. Pola pengendalian tiap
organisasi berbeda-beda tergantung pada jenis dan karakteristik organisasi.
Sementara itu organisasi sektor publik karena sifatnya yang tidak mengejar laba
serta adanya pengaruh politik yang besar, maka alat pengendaliannya lebih
banyak berupa peraturan birokrasi. Terkait dengan pengukuran kinerja, terutama
pengukuran ekonomis, efisiensi, dan efektivitas (value for money), akuntansi
manajemen memiliki terutama dalam ukuran moneter.
Dalam
memahami akuntansi sebagai alat pengendalian perlu dibedakan penggunaan
informasi akuntansi sebagai alat pengendalian keuangan (financial control)
dengan akuntansi sebagai alat pengendalian organisasi (organizational control).
Pengendalian keuangan terkait dengan pearturan atau sitem aliran uang dalam
organisasi, khususnya memastikan bahwa organisasi memiliki likuiditas dan
solvabilitas yang cukup baik.
D. Proses Perencanaan Dan
Pengendalian Manajerial Organisasi Sektor Publik
Perencanaa dan pengendalian pada
dasarnya merupakan dua sisi dari mata uang yang sama, sehingga keduanya harus
dipertimbangkan secara bersama-sama. Tanpa pengendalian perencanaan tidak akan
berarti karena tidak ada tindak lanjut (follow up) untuk mengidentifikasi
apakah rencana organisasi telah dicapai. Sebaliknya, tanpa ada perencanaan,
maka pengendalian tidak akan berarti karena tidak ada target atau rencana yang
digunakan sebagai pembanding, Peencanaan dan pengendalian merupakan suati
proses yang membentuk suatu organisasi. Kones and Pendlebury (1996) membagi
proses perencanaan dan pengendalian manajerial pada organisasi sektor publik
menjadi lima tahap, yaitu : 1. Perencanaan tujuan dan sasaran dsar, 2.
Perencanaan operasional, 3.Penganggaran, 4.Pengendalian dan pengukuran, dan 5.
Pelaporan, analisis dan umpan balik.
Gambar 2.1
Proses
Perencanaan dan Pengendalian Manajerial Organisasi Sektor Publik















E. Peran Akuntansi Managemen Sektor
Publik
Peran utama
akuntansi Manajemen dalam organisasi sektor publik adalah memberikan informasi
akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk melaksanakan fungsi
perencanaan dan pengendalian organisasi. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya
bahwa inti akuntansi manajemen adalah perencanaan dan pengendalian. Dalam
organisasi sektor publik, perencanaan dimlulai sejak dilakukan perencanaan
strategik, sedangkan pengendalian dilakukan terhadap pengendalian tugas (task
control). Peran akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik meliputi :
1. Perencanaan strategik, 2.Pemberian informasi biaya, 3.Penilaian investasi,
4.Penggaran, 5.Penentuan biaya pelayanan (cost of services) dan penentuan tarif
pelayanan (charging for services) dan 5.Penilaian kinerja.
Perencanaan
Stategik. Untuk memberikan jaminan dialokasikanya sumber daya imput secara
ekonomis, efisien dan efektif, maka diperlukan informasi akuntansi manajemen
yang akurat, relevan dan handal untuk menghitung besarnya biaya program,
akitivitas, atau proyek.
Pemberian
informasi biaya, biaya (cost) dalam konteks organisasi sektor publik dapat
dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu : A. Biaya input, adalah sumber daya
yang dikorbankan untuk memberikan pelayanan.Biaya input bisa berupa biaya
tenaga kerja dan biaya bahan baku, B. Biaya output, adalah biaya yang dikeluarkan
untuk mengantarkan produk hingga samapai ke tangan pelanggan.C. Biaya Proses,
adalah dapat dipisahkan berdasarkan fungsi organisasi. Biaya diukur dengan
mempertimbangkan fungsi organisasi, misalnya biaya depertemen produksi,
departemen personalia, biaya dinas-dinas, dsb.
Cost Finding, pada tahap cost finding, pemerintah
mengakumulasi data mengenai biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk/jasa pelayanan.
Cost recording. Setelah berhasil dilakukan cost
finding, tahap berikutnya adalah melakukan cost recording yang meliputi
kegiatan pencatatan data ke dalam sistem akuntansi organisasi.
Cost analyzing. Setalah dilakukan pencatatan biaya,
tahap berikutnya adalah melakuakan analisis biaya, yaitu mengidentifikasi jenis
dan perilaku biaya, perubahan biaya, dan volume kegiatan. Manajemen organisasi
harus dapat menentukan pemicu biaya (cost driver) agar dapat dilakukan strategi
efisiensi biaya.
Strategic cost management, setelah dilakukan
analisis biaya, tahap berikutnya adalah mentukan strategi penghematan biaya
agar tercapainya value for money.
Cost reporting, tahap terakhir ini memberikan
informasi biaya secara lengkap kepada pimpinan dalam bentuk internal report
yang kemudian diaregasikan ke dalam satu laporan yang akan disampaikan kepada
pihak eksteranal. Informasi akuntansi manajemen hendaknya dapat mendukung dan
memperkuat pelaksanaan prinsip value of money dan public accountability
organisasi sektor publik.
Penilian
Investasi,akuntansi menajemen dibutuhkan pada saat organisasi sektor publik
hendak melakukan investasi, yaitu untuk menilai kelayakan investasi secara
ekonomi dan finansial. Akuntansi Managemen diperlukan dalam penilaian investasi
karena dapat menilai invesatasi diperlukan identifikasi biaya, risiko, dan
manfaat atau keuantungan dari suatu investasi.
Penganggaran,
akuntansi manajemen memainkan peran yang vital dalam proses pemilihan program,
penentuan biaya program, dan penganggaran. Akuntansi manajemen berbicara
tentang perencanaan dan pengendalian, sedangkan salah satu fungsi anggaran adalah
untuk alat perencanaan dan pengendalian. Dengan demikian , akuntansi manajemen
sangat erat hubungannya dengan penggaran.
Penentuan
Biaya Pelayanan (Cost of Services) dan Penentuan Tarif Pelayanan (Charging for
Services). Akuntansi manajemen digunakan untuk menentukan berapa biaya yang
dikeluarkan untuk memberikan pelayanan tertentu dan berapa tarif yang akan
dibebankan kepada pemakai jasapelayanan publik, termasuk menghitung subsidi
yang diberikan. Penetuan biaya pelayanan (cost of services) dan penentuan tarif
pelayanan (charging for services) merupakan satu rangkaian yang keduanya
sama-sama membutuhkan informasi akuntansi. Sebagai contoh, pemerintah daerah
harus dapat menentukan berapa biaya untuk membangun terminal bus atau stasiun
kereta api yang tertib, nyaman dan aman serta biaya operasionalnya.
Penilaian
Kinerja, merupakan bagian dari sistem pengendalian. Penilaian kinerja dilakukan
untuk mengetahui tingkat efisien dan efektivitas organisasi dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam tahap penilaian kinerja, akuntansi
manajemen bebrperan dalam pembuatan indikator kinerja kunci (key performance
indocator) dan satuan ukur untuk masing2 aktivitas yang dilakukan.
BAB 3
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR
PUBLIK
- Sistem
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
Setiap
organisasi publik maupun swasta memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut diperlukan strategi yang dijabarkan dalam
bentuk program2 atau aktivitas. Organisasi memerlukan sistem pengendalian
manajemen untuk memberikan jaminan dilaksanakanya strategi organisasi secara
efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Engendalian
manajemen meliputi beberapa aktivitas yaitu : (1) perencanaan, (2) Koordinasi
antar berbagai bagian dalam organisasi, (3) Komunikasi informasi, (4)
Pengembilan keputusan, (5) Memotivasi orang-orang dalam organisasi agar
berprilaku sesuai dengan tujuan organisasi, (6) Pengendalian, dan (7) penilaian
konerja.
Struktur organisasi harus sesuai
dengan desain sistem pengendalian manajemen, karena sistem pengendalian
manajemen berfokus pada unit-unit organisasi sebagai pusat pertanggungjawaban.
Pusat2 pertanggung jawaban tersebut merupakan basis perencanaan, pengendalian,
dan penilaian kinerja. Manajemen sumber daya manusia harus dilakukan sejak
proses seleksi dan rekrutmen, traning, pengembangan, dan promosi hingga
pemberhentian karyawan. Faktor lingkungan meliputi kestabilan politik, ekonomi,
sosial, keamanan, dan sebagainya. Kesemua unsur tersebut hendaknya dapat
mendukung pelaksanaan strategi organisasi.
- Tipe Pengendalian
Manajemen
Tipe
pengendalian manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu :
- Pengendalian preventif (preventive control). Dalam tahap
ini pengendalian manajemen terkait dengan perumusan strategi dan
perencanaan strategik yang dijabarkan dalam bentuk program2.
- Pengendalian operasional (operational control). Dalam
tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan
program yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran
digunakan untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian
- Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian
manajemen berupa analisis evaluasi konerja berdasarkan tolak ukur kinerja
yang telah ditetapkan.
- Struktur
Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen harus disukung dengan struktur
organisasi yang baik. Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur
pusat pertanggungjawaban (responsibility centers). Pusat pertanggungjawaban
adalah unit organisasi yang dipimpin oleh manajemen yang bertanggungjwaba
terhadap aktivitas pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.Dengan tujuan
yaitu :
1.
Sebagai
basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya
2.
Untuk
memudahkan mencapai tujuan organisasi
3.
Memfasilitasi
terbentuknya goal congruence
4.
Mendelegasikan
tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompentensi sehingga mengurangi
beban tugas manajer pusat
5.
Mendorong
kreativitas dan daya inovasi bawahan
6.
Sebagai
alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien
7.
Sebagai
alat pengendalian anggaran.
- Proses
Pengendalian Manajemen Sektor Publik
Proses
pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan dengan
menggunakan saluran komunikasi formal maupun informal. Saluran komunikasi
formal terdiri dari aktivitas formal dalam organisasi yang meliputi : (1)
perumusan strategi (strategy formulation), (2) perencanaan strategik (strategik
planning), (3) penggaran, (4) operasional (pelaksanaan anggaran, dan (5) evaluasi
kinerja. Saluran komunikasi informal dapat dilakukan melalui komunikasi
langsung, pertemuan informal, diskusi, atau melalui metode management by
walking around.
Faktor2
yang mempengaruhi god congruence tersebut dapat dikategorikan dalam dua kelompok,
yaitu faktor pengendalian formal dan informal. Faktor pengendalian formal
misalnya adalah sistem pengendalian manajemen, sistem aturan (rules of the
game) dan reward & punishment system. Sementara itu, faktor informal
terdiri atas faktor eksternal dan internal.
Perumusan Strategi (Strategy
Formulation)
Perumusan
strategi merupakan proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, target
(outcome), arah dan kebijakan, serta strategi organisasi. Perumusan strategi
merupakan tugas dan tanggung jawab manajemen puncak (top management). Dalam
organisasi pemerintahan, perumusan strategi dilakukan oleh Dewan Legislatif
yang hasilnya berupa GBHN yang akan menjadi acuan bagi eksekutif dalam
bertindak. Hasil perumusan strategi lebih bersifat permanen dan berjangka panjang,
bisa ber jangka 4,5,10 atau bahkan 20 tahun.
Startegi
yang dihasilkan dari proses perumusan strategi merupakan strategi global
(makro) atau dalam perusahaan disebut corporate level strategy. Strategi makro
tersebut kemudian dijabarkan (break down) menjadi strategi yang lebih mikro
dalam bentuk program2, kegiatan, atau proyek (dalam perusahaan disebut unit
business level strategy).
Strategi
organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai SWOT (strength,
weakness, opportunity, threat). Analisis SWOT dikembangkan dengan menganalisis
faktor internal organisasi yang menjadi kekuatan dan kelemahan organisasi (core
competence) dan memperhitungkan faktor eksternal berupa ancaman dan peluang.
Berdasarkan analisis SWOT tersebut, organisasi dapat menentukan strategi
terbaik untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi perusahaan dapat berubah
atau mengalami revisi (strategy revision), jika terdapat lingkungan yang
berubah yang dipengaruhi oleh adanya ancaman (threat) dan kesempatan
(opportunity) misalnya adanya inovasi teknologi baru, peraturan pemerintah
baru, atau perubahan lingkungan politik dan ekonomi lokal dan global.
Proses
perumusan strategi pada organisasi sektor publik dipengaruhi oleh perkembangan
di sektor swasta. Sama halnya dengan sektor swasta. Tahap awal dari manajemen
strategik pada sektor publik adalah perencanaan. Perencanaan dimulai dari
perumusan strategi. Olsen dan Edie (1982) menyatakan bahwa proses perumusan
strategi terdiri atas lima komponen, yaitu.
- Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang
dirumuskan oleh manajemen eksekutif organisasi dan memberikan rerangka
pengembangan strategi serta target yang akan dicapai.
- Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari
pengidentifikasian dan pengukuran (assesment) faktor2 eksternal yang
sedang dan akan terjadi dan kondisi yang harus dipertimbangkan pada saat
merumuskan strategi organisasi.
- Profil internal dan audit sumber daya, yang
mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam
hal berbagi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan strategik
- Perumusan, evaluasi, dan pemilihan strategi
- Implementasi dan pengendalian rencana strategik.
![]() |
|||
![]() |







![]() |
![]() |
||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||


Model Perumusan Strategi pada
Organisasi Sektor Publik
Perencanaa Strategik (Strategic Planning)
Sistem pengendalian manajemen diawali
dari perencanaan strategik (strategic planning). Perencanaan strategik adalah
proses penentuan program2, aktivitas, atau proyek yang akan dilaksanakan oleh
suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang dibutuhkan.
Manfaat perencanaan strategik bagi organisasi
Perencanaa strategik sangat penting
bagi organisasi. Manfaat perencanaa strategik bagi organisasi antara lain : (a)
sebagai sarana untuk memfasilitasi tercipnya anggaran yang efektif, (b) sebagai
sarana untuk memfokuskan manajer oada oelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan, (c) sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber
daya yang optimal (efektif dan efisien). (d) sebagai rerangka untuk pelaksanaan
tindakan jangka pendek (short term action), (e) sebagai sarana bagi manajemen
untuk dapat memahami strategi organisasi secara lebih jelas, dan (f) sebagai
alat untuk memperkecil rentang alternatif strategi.
Mengubah Perencanaan Strategik menjadi Tindakan Nyata
Perencanaan strategik dapat digunakan
untuk membantu mengantisipasi dan memberikan arahan perubahan, Akan tetapi,
perubahan belum tentu berjalan dengan mulus meskipun sudah dilakukan
perencanaan strategik. Perencanaan strategik perlu ditrnslasikan dalam bentuk
tindakan2 kongkrit, untuk itu perencanaan strategik harus disukung oleh hal2
berikut : a) struktur pendukung, baik secara manajerial maupun political will,
b) proses dan praktik implementasi di lapangan dan, c) kultur organisasi.
BAB 4
PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK
A.Konsep Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan penyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penggaran adalah proses atau
metode untuk mempersiapkan suatu anggraan. Penggaran dalam organisasi sektor
publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang
tinggi. Dalam organisasi sektor publik, penggangaran merupakan suatu proses
politik. Hal tersebut berbeda dengan penggaran sektor swasta yang relatif kecil
nuansa politiknya. Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia
perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor publik
anggaran justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik,
didiskusikan, dan diberi masukan. Anggran sektor publik merupakan instrumen
akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program2 yang
dibiayai dengan uang publik.
Aspek-aspek yang harus tercakup dalam
anggaran sektor publik meliputi :1) aspek perencanaa, 2) aspek pengendalian, 3)
aspek akuntabilitas publik.
B.
Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran publik berisi rencana
kegiatan yang direpsentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan
belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana organisasi
yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa
anggran publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan : 1) berapa
biaya atas rencana2 yang dibuat (pengeluaran/belanja) dan 2) berapa banyak dan
bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan).
C. Pentingnya Anggaran Sektor Publik
Tidak semua aspek kehidupan yang
tidak tersentuh oleh anggaran sektor publik, baik skala nasional maupun lokal.
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menetukan tingkat kebutuhan
masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya agar terjamin secara layak.
Dalam sebuah negara demokrasi,
pemerintah mewakili kepentingan rakyat, uang yang dimiliki pemerintah adalah
uang rakyat dan anggaran menunjukan rencana pemerintah untuk membelanjakan uang
rakyat tersebut.
Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah
Kebijakan fiskal adalah usaha yang
dilakukan pemerintah untuk memepengaruhi keadaan ekonomi melalui sistem
pengeluaran atau sistem perpajakan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat utama
kebijakan fiskal adalah anggaran. Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting
yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi,
menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran
sektor publik harus dapat memenuhi kriteria berikut :- Merefleksikan perubahan
prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat,- Menentukan penerimaan dan
pengeluaran departemen2 pemerintah propinsi dan daerah.
Anggaran sektor publik penting karena
beberapa alasan yaitu :
Ø Anggaran merupakan alat bagi
pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Ø Anggaran diperlukan karena adanya
kebutuhan dan keinginan masyrakat yang tak terbatas dan terus berkembang,
sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperluakan karena adanya
masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choice) dan
trade offs.
Ø Anggaran diperlukan untuk menyakinkan
bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini
anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh
lembaga2 publik yang ada.
D.Fungsi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama yaitu
(1) sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiskal,
(4) alat politik, (5) alata koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian
kinerja, (7) alat motivasi, dan (8) alat menciptakan ruang publik.
Anggaran sebagai alat
perencanaan (Planing Tool)
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai
tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan
apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan
berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.
Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk : (a)
merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang
ditetapkan. (b) merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya.(d) menentukan
indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
Anggaran Sebagai Alat
Pengendalian (Control Tool)
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail
atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak
dapat mengendalikan pemborosan2 pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika
dikatakan melalui anggaran. Anggaran publik dapat digunakan untuk mengendalikan
(membatasi kekuasaan) eksekutif.
Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik
digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk
memenuhi kewajibannya. Selain itu anggaran digunakan untuk memberi informasi
dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekerja secara efisien, tanpa ada
korupsi dan pemborosan.
Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui empat
cara yaitu : (a) Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang
dianggarkan,(b) Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable) (c)
Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat
dikendalikan (uncontrollable) atas suatu varians, (d) Merevisi standar biaya
atau target anggaran untuk tahun berikutnya.
Anggaran Sebagai Alat Kebijakan
Fiskal (fiskal tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan
untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran
publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga
dapat dilakukan prediksi2 dan estimasi ekonomi.Anggaran dapat digunakan untuk
mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat
sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Anggaran Sebagai Alat
Politik (political tool)
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas2 dan kebutuhan
keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan
dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif
atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu.
Anggaran Sebagai Alat
Koordinasi dan Komunikasi (coordination and communication tool)
Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam proses penyusunan
anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam
pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendektesi
terjadinya inkosistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi.
Anggaran Sebagai Alat
Penilaian Kinerja (performance measurement tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder
(eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan
dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan
anggaran.
Anggaran Sebagai Alat
Motivasi (motivation tool)
Anggaran Sebagai alat untuk Menciptakan Ruang Publik (public
sphere)
- Jenis-Jenis anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu : 1)
Anggaran Operasional dan Anggaran Modal.
- Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi :
- Otorisasi oleh legislatif,
anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih
dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
- Komprehensif, anggaran harus
menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu
adanya dana non-budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang
bersifat komprehensif.
- Keutuhan anggaran, semua
penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general
fund)
- Nondiscretionary Appropriation,
jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaatkan secara ekonomi,
efisien dan efektif.
- Periodik, anggaran merupakan
suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multitahunan.
- Akurat, estimasi anggaran
hendaknya tidak memasukan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang
dapat dijadikan sebagai kantong2 pemborosan dan inefisensi anggaran serta
dapat megakibatkan munculnya understimate pendapatan dan overestimate
pengeluaran.
- Jelas, anggaran hendaknya
sederhana dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan.
- Diketahui publik, anggaran harus
diinformasikan kepada masyarakat luas.
- Proses penyusunan Anggaran Sektor Publik
Anggaran pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD)
yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci
kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program2 apa yang direncanakan
pemerintah untuk menigkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana program2
tersebut dibiayai.
Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah
: (1) Tujuan dan target yang hendak dicapai, (2) Ketersediaan sumber daya
(faktor2 produksi yang dimiliki pemerintah, (3) Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan dan target, (4) Faktor2 lain yang mempengaruhi anggaran,
seperti munculnya peraturan pemerintah yang baru, fluktuasi pasar , perubahan
sosial dan politik, bencana alam, dsbnya.
- Prinsip-prinsip Pokok Dalam Siklus Anggaran
Sebelum membahasa lebih jauh siklus anggaran, perlu diketahui
arti penting dan keterlibatan pemerintah (termasuk juga pemerintah daerah)
dalam proses penganggaran. Richard Musgrave seperti yang dikutip Coe (1989)
mengindentifikasi tiga pertimbangan ekomis mengapa pemerintah perlu terlibat
dan bisinis pengadaan barang dan jasa bagi masyarakat. Ketiga pertimbangan
tersebut meliputi stabilitas ekonomi, redistribusi pendapatan, dan alokasi
sumber daya.
Prinsip-prinsip pokok siklus anggaran perlu diketahui dan
dikuasai dengan baik oleh penyelenggara pemerintah. Pada dasarnya prinsip2 dan
mekanisme penganggaran relatif tidak berbeda antara sektor swasta dengan sektor
publik Ihenley et al., 1990). Siklus anggaran meliputi empat tahap yang terdiri
atas :
- Tahap persiapan anggaran
(preparation)
- Tahap ratifikasi
(approval/ratifaction)
- Tahap implementasi
(implemention) dan
- Tahap pelaporan dan evaluasi
(reporting & evaluation)
Tahap Persiapan
Anggaran (Budget preparation)
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran
atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut,
yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran,
hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat.
Dalam persoalan estimasi, yang perlu mendapat perhatian
adalah terdapatnya faktor “uncertainty” (tingkat ketidakpastian) yang cukup
tinggi. Oleh sebab itu, manajer keuangan publik harus memahami betul dalam
menentukan besarnya suatu mata anggaran. Besarnya suatu mata anggaran sangat
tergantung pada sistem anggaran yang digunakan. Besarnya mata anggaaran pada
suatau anggaran yang menggunakan “line-item budgeting,” akan berbeda pada
“input-output budgeting,” program budgeting,: atau:zero based budgeting”.
Tahap Ratifikasi
Anggaran
Tahap berikutnya adalah budget ratifacation. Tahap ini
merupakan tahap melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat.
Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki “managerial skill” namun juga
harus mempunyai “politic skill,” salesmanship,” dan coalition building” yang
memadai. Intergritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat
penting dalam tahap ini.
Tahap Pelaksanaan
Anggaran (Budget Implementation)
Setelah anggaran disetujui oleh legislatif, tahap berikutnya
adalah pelaksanaan anggaran. Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting
yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem
(informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan
publik dalam hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang
memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah
disepakati, dan bahkan dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode
berikutnya.
Tahap pelaporan dan
evaluasi Anggaran
Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah dan evaluasi
anggaran. Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan
aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait
dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan
sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan
tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.
BAB 5
JENIS-JENIS ANGGARAN
SEKTOR PUBLIK
Perkembangan anggaran
sektor publik
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangan telah
menjadi instrumen kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan
besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan
masyarakat yang diharapkan.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik
telah mengalami banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik
berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen sektor
publik dan perkembangan tuntutan yang muncul dimasyarakat. Secara garis besar
terdapat dua pendekatan yang memiliki perbedaan mendasar. Kedua pendekatan
tersebut adalah : (a) Anggaran tradisionla atau anggaran konvensional; dan (b)
Pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public management.
Anggaran Tradisional
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak
digunakan dinegara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam
pendekatan ini a) cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan
incrementalisme dan (b) struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item.
Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada
pengawasan dan pertanggung jawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat
incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada
item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun
sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan
tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan
tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money; Konsep ekonomi,
efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran tradisional.
- Anggaran tradisional yang
bersifat “incrementalism” cendrung menerima konsep harga pokok pelayanan
historis (historic cost of service) tanpa memperhatikan pertanyaan seperti
Apakah pelayanan tertentu yang dibiayai dengan pengeluaran pemerintah
masih dibutuhkan atau masih menjadi prioritas ?
- Apakah pelayanan yang diberikan
telah terdistribusi secara adil dan merata di antara kelompok masyarakat ?
- Apakah pelayanan diberikan
secara ekonomis dan efisien ?
- Apakah pelayanan yang diberikan
mempengaruhi pola kebutuhan publik ?
Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran
bersifat line-item yang didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan
dan pengeluaran. Metode line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan
item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran,
walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk
digunakan pada periode sekarang.
Anggaran Publik Dengan
Pendekatan NPM
Era New Public
management
Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan
manajemen sektor publik yang cukup drastis dari sitem manajemen tradisional
yang terkesan kaku, birokrasi, dan hirarkis menjadi model manajemen sektor publik
yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Salah satu model pemerintahan di era New Public Management
adalah model pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang
tertuan dalam perdaganggannya yang dikenal dengan konsep “reinventing goverment”.
Perspektif baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah :
- Pemerintah Katalis : Fokus pada
pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan publik. Pemerintah harus
menyediakan beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara
langsung dengan proses produksinya (producing). Sebaiknya pemerintah
memfokuskan diri pada pemberian arahan, sedangkan produksi pelayanan
publik diserahkan pada pihak swasta dan/atau sektor ketiga (lembaga
swadaya masyarakat dan nonprofit lainnya).
- Pemerintah milik masyarakat:
memberdayakan masyarakat daripada melayani. Pemerintah sebaiknya
memberikan wewenang kepada masyarakat sehingga mereka mampu menjadi
masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri (self-help community).
Sebagai misal, masalah kesempatan umum adalah juga merupakan tanggungjawab
masyarakat, tidak hanya kepolisian.
- Pemerintah yang kompetitif:
menyuntikan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan publik. Kompetisi
adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan
kualitas pelayanan.
- Pemerintah yang digerakan oleh
misi: mengubah organisasi yang digerakan oleh peraturan menjadi organisasi
yang digerakan oleh misi.
- Pemerintah yang berorientasi
hasil:membiayai hasil bukan masukan. Pada pemerintah tradisional, besarnya
alokasi anggaran pada suatu unit kerja ditentukan oleh kompleksitas
masalah yang dihadapi. Semakin kompleks masalah yang dihadapi, semakin
besar pula dana yang dialokasikan.
- Pemerintah berorientasi pada
pelanggan: memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi.Pemerintah
tradisional seringkali salah dalam mengidentifikasikan pelanggannya.
Penerimaan pajak memang dari masyarakat dan dunia usaha, tetapi
pemanfaatannya harus disetujui oleh DPR/DPRD.
- Pemerintahan wirausaha: mampu
menciptakan pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan.Pemerintah
tradisional cendrung tidak berbicara tentang upaya untuk menghasilkan
pendapatan dari aktivitasnya.
- Pemerintah antisipatif: berupaya
mencegah daripada mengobati.Pemerintah tradisional yang birokratis
memusatkan diri pada produksi pelayanan publik untuk memecahkan masalah
publik.
- Pemerintah disentralisasi:dari
hierarkhi menuju partisipatif dan tim kerja.Lima puluh tahun yang lalu,
pemerintahan yang sentralistis dan hierakhis sangat diperlukan.
Pengambilan keputusan harus berasal dari pusat, mengikuti rantai
komandonya hingga sampai pada staf yang paling berhubungan dengan
masyarakat dan bisnis.
- Pemerintah berorientasi pada
(mekanisme) pasar: mengadakan perubahan dengan mekanisme pasar (sistem
insentif) dan bukan dengan mekanisme adminitratif (sistem prosedur dan
pemaksaan).
Perbandingan Anggaran Tradisional dengan Anggaran Berbasis
Pendekatan NPM
ANGGARAN TRADISIONAL
|
NEW PUBLIC MANAGEMENT
|
Sentralistis
|
Desentralisasi & devolved management
|
Berorientasi pada input
|
Berorientasi pada input, output, dan outcome (value for
money)
|
Tidak terkait dengan perencanaan jangka panjang
|
Utih dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang
|
Line-item dan incrementalism
|
Berdasarkan sasaran kinerja
|
Batasan departemen yang kaku (rigid department)
|
Lintas departemen (cross department)
|
Menggunakan aturan klasik : vote accounting
|
Zero-base budgeting, planing programming budgeting system
|
Prinsip anggaran bruto
|
Sistematik dan rasional
|
Bersifat tahunan
|
Bottom-up budgeting
|
spesifik
|
Perubahan Pendekatan
Anggaran
Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan
munculnya era New Public management telah mendorong usaha untuk mengembangkan
pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik.
Anggaran Kinerja
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan
yang terdapat dalam anggaran tradisionlal, khusunya kelemahan yang disebabkan
oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
Angagran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja.
Oleh karena itu anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Sistem anggran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang
mencakup kegiatan penyusunan program dan tolok ukur kinerja sebagai instrukemn
untuk mencapai tujuan dan sasaran program.
Zero Based Budgeting
(ZBB)
Konsep zero based budgeting dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan yang ada pada sistem anggaran tradisional. Penyusunan anggaran dengan
menggunakan konsep based budgeting dapat menghilangkan incrementalism dan
line-item karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero-base).
Proses Implementasi ZBB
Proses implementasi ZBB terdiri dari tiga tahap, yaitu :
- Indentifikasi unit-unit
keputusan, 2.Penetuan paket-paket keputusan, 3.Meranking dan mengevaluasi
paket keputusan
Planning, Programming, And Budgeting System (PPBS).
PPBS Merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori
sistem yang berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya
adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi.
BAB 6
ANALISIS INVESTASI
PUBLIK
Program Investasi
Publik
Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah
dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi
publik diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi
yang menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus
mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin,
karena pengeluaran investasi/modal memiliki efek jangka panjang, sedangkan
pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek.
Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan
penganggaran modal/investasi.Penganggaran modal/investasi merupakan proses
untuk menganalisis proyek2 dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat
diakomodasi oleh anggaran modal/invesatasi.
Dikebanyakan negara berkembang, anggaran pembangunan dan
anggaran rutin dipisahkan. Fokus perhatiannya ditujukan untuk mengintegrasikan
kebijakan dengan pengeluaran manajemen. Dalam praktiknya terdapat permasalahan
yang sulit diselesaikan, di antaranya adalah :
- Memastikan bahwa program
investasi publik yang diajukan merupakan program yang komprehensif.
- Memperkirakan pengeluaran yang
dibutuhkan di masa yang akan datang
- Mengevaluasi relevansi proyek2
yang ada
- Mengembangkan analisi dan
perencanaan untuk pengeluaran invesatasi dan pengeluaran rutin.
Penentuan Kebutuhan
Investasi Publik
Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah
anggaran yang akan ditetapkan bagi masing2 unit organisasi.Analisis yang
mendalam sebelum dilakukan investasi sangat penting dilakukan karena investasi
publik berkaitan erat dengan masalah transparansi dan kewajaran anggaran.
Pengeluaran invesatasi untuk penggantian barang modal
mengikuti pola umur manfaat barang modal. Bila umur ekonomi barang modal telah
habis, maka perlu pembelian barang modal baru untuk menggantinya. Peniliaian
investasi publik perlu mempertimbangkan umur teknis dan umur ekonomis dari
barang modal yang kaan dibeli.
Aspek kelayakan
Investasi
Dalam perencanaa dan analisis invesatasi harus
dipertimbangkan beberapa aspek yang secara bersama-sama menunjukkan keuntungan
atau manfaat yang diperoleh akibat adanya suatu invesatasi tertentu.
- Aspek teknis, merupakan bagian
penting dari analisis investasi yang harus dipertimbangkan. Jika suatu
usulan invesatsi sudah tidak layak dilihat dari aspek teknisnya, maka
usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk ditolak.
- Aspek Sosial dan Budaya, untuk
melaksanakan suatu proyek maka perlu mempertimbangkan implikasi sosial
yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Aspek sosial budaya ini
menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara adil dan merata,
sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.
- Aspek Ekonomi dan Finansial,
meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu proyek yang diusulkan akan
memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara
keseluruhan dan apakah kontribusnya cukup besar dalam menentukan
penggunaan sumber2 daya yang digunakan.
- Aspek Distribusi, keputusan
invesatasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah
distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Unutk itu perlu
diketahui siapa yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan
dari proyek invesatasi; dari mana mendapatkan modal untuk melaksanakan
proyek, apakah dari public revenue atau oleh individu.
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Invesatasi Publik
Adalah : 1. Tingkat diskonto yang digunkan, 2. Tingkat
Inflasi, 3. Risiko dan ketidakpastian, 4. Capital rationing.
Tingkat Diskonto, merefleksikan tingkat keuntungan
(rate of return) yang diperoleh dari suatu proyek tingkat risiko tertentu. Jika
suatu proyek tidak memberikan keuntungan yang disyaratkan (required rate of
return), maka proyek tersebut harus ditolak.
Inflasi, penilaian investasi harus
memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi,
semakin rendah nilai riil keuntungan dimasa depan yang diharapkan (expected
future returns) sehingga semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan.
Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of return semakin tinggi.
Risiko dan
Ketidakpastian,
required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik.
Ketidakpastian ekonomi dan hukum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya
jaminan keamanan, dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko
investasi. Faktor2 tersebut menyumbang risiko investasi suatu negara (country
risk) yang jika sudah sangat parah dapat mengarah pada kategori default country.terjaminnya
keamanan berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, terjaminnya property
right dan contract right dapat menurunkan risiko investasi.
Capital Rationing, adalah keadaaan ketika organisasi
menghadapi masalah ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran investasi.
Dalam keadaan seperti ini terdapat beberapa alternatif investasi yang dapat
dilakukan akan tetapi tidak tersedia cukup dana untuk membiayai investasi2 yang
diajukan.
Pada organisasi sektor pulik, selain memperhatikan faktor2 di
atas penilaian investasi publik juga harus memperhatikan hal2 berikut :
- Tingkat utang oemerintah,
2.Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan (social opportunity cost
rate), 3.Social time preference rate.
Teknik Dasar Penilaian
Investasi Publik
Pada dasarnya, prinsip penilaian investasi sangat sederhana.
Terdapat empat langkah utama untuk mengevaluasi suatu suatu proyek investasi,
ayitu :
- Identifikasi kebutuhan investasi
yang mungkin dilakukan, organisasi sektor publik seringkali dihadapkan
pada banyak alternatif investasi untuk mencapai tujuan organisasinya.
- Menentukan semua manfaat dan
biaya dari proyek yang akan dilaksanakan (cost/benefit relationship).
Perhitungan manfaat dan biaya harus pula memasukan analisis manfaat dan
biaya sosial (social cost/benefit) yang ditimbulkan dari investasi publik
yang akan dilakukan.
- Menghitung manfaat dan biaya
dalam rupiah.langkah kedua adalah menghitung manfaat dan biaya investasi
dalam satuan rupiah. Terkadang terdapat kesulitan dalam langka kedua ini.
- Memilih proyek yang memiliki
manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang tinggi, rasio biaya dan
manfaat atau efektivitas biaya merupakan titik awal penentuan penerimaan
proyek, ada banyak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi perhitungan.
BAB
7
PENENTUAN
HARGA PELAYANAN PUBLIK
(CHARGING
FOR SERVICE)
Salah satu tugas pokok
pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service),
Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber,
yaitu : (1) pajak, dan (2) pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai
konsumen jasa publik (charging for
service). Hal tersebut karena pajak merupakan iuran masyarakat kepada
negara yang tidak memiliki jasa timbal (kontraprestasi)
individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak.
A. Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual
Dalam memberikan
pelayanan publik, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif untuk pelayanan
tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan milik
pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan
misalnya : (1) Penyediaan air bersih, (2) Transportasi publik, (3) Jasa pos dan
telekomunikasi, (4) Energi dan listrik, (5) Perumahan rakyat, (6) Fasilitas
rekreasi (pariwisata), (7) Pensisikan, (8) Jalan Tol, (9) Irigasi, (10) Jasa pemadam
kebakaran, (11) Pelayanan kesehatan, (12) Pengolahan sampah/limbah.
Barang privat adalah
barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang atau jasa tersebut hanya
dinikmati secara individual oleh yang membelinya, sedangkan yang tidak
mengkomsumsi tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut. Contoh barang privat
adalah makanan, listrik, telepon, dsb.
Barang publik adalah
barang2 kebutuhan masyarakat yang manfaat barang dan jasa tersebut dinikmati
oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama. Contoh barang publik adalah
pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi dsb.
Untuk menyelenggarakan
pendidikan, pemerintah dapat melakukan tiga tindakan, yaitu : (1) mendirikan
sekolah negeri yang murni milik pemerintah dan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah,
(2) memberikan subsidi pendidikan kepada lembaga2 pendidikan, dan (3)
menyerahkan pihak swasta untuk ikut menyelenggarakan pendidikan. Hal yang sama
juga terjadi untuk penyediaan transportasi publik dan pelayanan kesehatan.
Pada tataran praktik, terdapat
kesulitan dalam membedahkan barang publik dengan barang privat. Beberapa sebab
sulitnya membedahkan barang publik dengan barang privat yaitu :
1.
Batasan antara barang publik dengan
privat sulit untuk ditentukan, barang2 yang memiliki sifat sebagai barang
privat, seperti transportasi atau perumahan yang memadai dapat dianggap sebagai
kebutuhan dasar manusia.
2.
Terdapat barang dan jasa yang merupakan
barang/jasa publik, tapi dalam penggunanya (komsumsi) tidak dapat dihindari
keterlibatannya beberapa elemen pembebanan langsung, contohnya : adalah biaya
pelayanan medis, tarif obat2an dan air.
3.
Terdapat kecendrungan untuk membebankan
tarif pelayanan dari pada membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah
pengumpulannya. Jika digunakan pajak maka akan terdapat kesulitan dalam
menentukan besar pajak yang pantas dan cukup.
Dalam hal penyediaan pelayanan publik, yang perlu
diperhatikan adalah : (a) indentifikasi barang/jasa yang menjadi kebutuhan
masyarakat (apakah barang publik atau privat), (b) siapa yang lebih bekompeten
(lebih efisien) untuk menyediakan kebutuhan tersebut (pemerintah atau swasta),
(c) dapatkah penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sektor
swasta dan sektor ketiga, (d) pelayanan publik apa saja yang tidak harus
dilakukan oleh pemerintah namun dapat ditangani oleh swasta. Pola hubungan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :





![]() |

Pelayanan Publik


Efisiensi
Ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan berapa
banyak barang/jasa yang mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran
penting dalam mengalokasikan sumber daya melalui :
1.
Pendistribusian permintaan : siapa yang
mendapatkan manfaat paling banyak, maka ia akan membayar lebih banyak pula.
2.
Pemberian insentif untuk menghindari
pemborosan.
3.
Pemberian insentif pada suplier
berkaitan dengan skala produksi
4.
Penyediaan sumber daya pada supplier
untuk mempertahankan dan meningkatkan persediaan jasa (supply of service).
Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan salah
satu cara untuk menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan publik. Mereka
yang memanfaatkan pelayanan publik lebih banyak akan membayar lebih banyak
pula.
Prinsip
Keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang,
pembebanan langsung kepada mereka yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar”
bila didasarkan prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu
membayar. Jadi pembebanan hanya dikenakan kepada mereka yang diuntungkan dengan
pelayanan tersebut.
Charging
for service berbeda dengan fee. Fee adalah biaya
atas perijinan atau lisensi yang diberikan pemerintah. Biaya perijinan/lisensi
relatif kecil, biasanya berupa biaya administrasi dan pengawasan. Biaya
perijinan (lisensi) didasarkan pada : (a) kategori perijinan yang diajukan, (b)
ada tidaknya keuntungan finansial yang diperoleh pemegang ijin atau lisensi
atas ijin atau lisensi yang dimiliki.
B. Argumen Terhadap Pembebenan Tarif
Pelayanan
Dasar
Pembebanan Tarif Pelayanan
Dalam praktik, pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan
karena alasan2 sebagai berikut :
a.
Suatu jasa, baik merupakan barang publik
maupun barang privat, mungkin tidak dapat diberikan kepada setiap orang,
sehingga tidak adil bila biayanya dibebankan kepada semua masyarakat melalui
pajak, sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut.
b.
Suatu pelayanan mungkin membutuhkan
sumber daya yang mahal atau langkah sehingga komsumsi publik harus
didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan terhadap penggunaan air dan
obat-obatan medis.
c.
Terdapat variasi dalam komsumsi
individual yang lebih berhubungan dengan pilihan dari pada kebutuhan, misalnya
penggunaan fasilitas rekreasi.
d.
Suatu jasa mungkin digunakan untuk
operasi komersial yang menguntungkan dan untuk memenuhi kebutuhan domestik
secara individual maupun industrial, misalnya air, listrik, jasa pos, dan
telepon.
e.
Pembebanan dapat digunakan untuk
mengetahui arah dan skala permintaan publik atas suatu jasa apabila jenis dan
standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara tegas.
Adanya
Eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal
Terdapat
kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan
Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan
adanya sistem pencatatan dan pengukuran yang handal (seperti : tarif jalan tol,
meteran untuk air). Hal tersebut dapat meningkatkan biaya penyediaan pelayanan.
Akan tetapi keterukuran membuat penaksiran tarif pelayanan lebih mudah
dibandingkan dengan penghitungan pajak (seperti : menghitung besarnya biaya
untuk air dan listrik lebih mudah dibandingkan dengan menghitung pajak penghasilan).
Yang
Miskin Tidak Mampu Untuk Membayar
Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi
mungkin sia-sia dan kurang efektif. Apakah subsidi menjamin dinikmati bagi yang
miskin? Mungkin saja subsidi menguntungkan yang kaya jika korupsi oleh
birokrat. Atau justru yang miskin mensubsidi yang kaya. Bila kita peduli pada
golongan miskin, pendekatan terbaik adalah melalui distribusi pendapatan
(lumsum transfer), tetapi hal ini sulit dilakukan di negara berkembang.
Adanya
Eksternalitas, Merit good, dan persyaratan lega
Eksternalitas positif (spillover effects) misalnya tarif
pelayanan yang terlalu tinggi membuat masyarakat tidak terdorong untuk
menggunakannya (seperti : imunisasi). Demikian juga barang yang dianggap
sebagai merit good mungkin lebih baik
diberikan secara gratis atau tanpa beban biaya, seperti pendidikan.
C. Prinsip Dan Praktik Pembebanan
Sebagian barang dan jasa yang disediakan
pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu
pelayanan terkait dengan barang privat, semakin sesuai barang tersebut dikenai
tarif. Namun batasan identifikasi barang privat dan publik kadang sulit dan
harus dilakukan dengan dasar per pelayanan. Kegagalan dalam menetapkan biaya
pada situasi tertentu menyebabkan distorsi harga dan alokasi sumber daya yang
keliru sehingga mengurangi pilihan bagi konsumen.
D. Kegunaan Pembebanan Dalam Praktik
Praktik pembebanan pelayanan publik
berbeda-beda untuk setiap negara, antara jasa yang disediakan langsung oleh
pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik negara, dan antar
pemerintah pusat dan daerah. Charging for
service merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah
tertentu.
E. Penetapan Harga Pelayanan : Berupa
Harga Yang Harus Dibebankan
Jika Pemerintah hendak membebankan biaya
pelayanan konsumennya, maka pemerintah harus memutuskan berapa beban yang
pantas dan wajar, atau dengan kata lain berapa harga pelayanan yang akan
ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa beban (charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan
tersebut (full cost recovery). Akan
tetapi untuk menghitung biaya total tersebut beberapa kesulitan karena :
1.
Kita tidak tahu secara tepat berapa
biaya (full cost) untuk menyediakan
suatu pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya
sehingga dapat mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis
pelayanan.
2.
Sangat sulit mengukur jumlah yang
dikomsumsi, karena jumlah biaya untuk melayani satu orang dengan orang lain
berbeda-beda, maka diperlukan perbedaan pembebanan tarif pelayanan, sebagai
contoh diperlukan biaya tambahan untuk pengumpulan sampah dari lokasi rumah
yang sulit dijangkau atau memiliki jarak yang jauh.
3.
Pembebanan tidak memperhitungkan
kemampuan masyarakat untuk membayar, jika orang miskin tidak mampu membayar suatu
pelayanan yang sebenarnya vital, maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu
dibuat diskriminasi harga atau diskriminasi produk untuk menghindari subsidi.
4.
Biaya apa saja yang harus diperhitungkan
apakah biaya operasi langsung (current
operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost).aturan umum adalah bahwa
kita harus memasukan bukan saja biaya operasi dan pemiliharaan, akan tetapi
juga biaya penggantian barang modal yang sudah usang (kadaluwarsa), dan biaya
penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut marginal cost pricing.
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan
marginal cost pricing setidaknya harus memperhitungkan :
1.
Biaya operasi variabel (variable operating cost)
2.
Semi variable overhead cost seperti
biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk memberikan pelayanan.
3.
Biaya penggantian atas aset modal yang
digunakan dalam penyediaan pelayanan
4.
Biaya penambahan aset modal yang
digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan.
F. Permasalahan Marginal Cost Pricing
Penggunaan marginal
cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain :
a.
Sulit untuk memperhitungkan secara tepat
marginal cost untuk jasa tertentu, dalam praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai
pengganti walau hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. Juga
terdapat masalah pengukuran dan pengumpulan data biaya yang membuat marginal cost sulit diimplementasikan.
b.
Apakah harga seharusnya didasarkan pada
biaya marginal jangka pendek (short run
MC) atau biaya marginal jangka panjang (long
tun marginal cost).
c.
Marginal
cost pricing , bukan berarti full cost recovery. Historic
capital cost tidak mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost.
d.
Konsep kewajaran digunakan untuk
menunjukan : 1. Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar, 2.Semua
konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam menyediakan
pelayanan tersebut.
e.
Ekternalitas konsumsi, seperti manfaat
kesehatan umum dari air bersih untuk minum dan mandi dapat secara signifikan
merubah “efisiensi harga” yang ditentukan oleh marginal cost.
f.
Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang
kaya membayar lebih, paling tidak untuk jasa seperti air, dimana terdapat
beberapa macam bentuk diskriminasi harga (seperti tarif progresif) yang mungkin
digunakan.
G. Kompleksitas Strategi Harga
a.
Two-part
tariffs : banyak kepentingan publik (seperti listrik)
dipungut dengan two-part tariff, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya
overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas
besarnya komsumsi.
b.
Peal-load
tariff, pelayanan publik dipungut berdasarkan r=tarif
tertinggi. Permasalahannya adalah beban tertinggi untuk periode puncap harus
menggambarkan higher marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
c.
Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah
satu cara untuk mengakomodasikan pertimbangan keadilan (equity) melalui
kebijakan penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan berbeda dapat
diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda, pelayanan yang diberikan
kepada kelompok yang berpendapatan rendah dapat disubsidi silang dengan
kelompok dengan pendapatn tinggi.
d.
Full
cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya
penuh atau biaya total untuk menghasilkan pelayanan. Penertapan harga
berdasrkan biaya penuh atas pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik untuk
membayar.
e.
Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga
diatas marginal cost, seperti tarif parkir mobil, adanya beberapa biaya
perijinan atau licence fee.
H. Taksiran Biaya
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan
pada dasarnya adalah mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal
ini melibatkan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
-
Opportunity cost untuk staf,
perlengkapan dll
-
Oppotunity cost of capital
-
Accounting price untuk input ketika
harga pasar tidak menunjukan value to society (opportunity cost)
-
Pooling, ketika biaya berbeda-beda
antara setiap individu
-
Cadangan inflasi.
BAB 8
PENGUKURAN
KINERJA SEKTOR PUBLIK
A. Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor
Publik
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran
kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran
kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system.
Oleh pihak legislatif, ukuran digunakan untuk
menentukan kelayakan biaya pelayanan (cost
service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik. Masyarakat
tentu tidak mau terus menerus ditarik pungutan sementara pelayanan yang mereka
terima tidak ada peningkatan kaulitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu,
pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan efisensi dan efektivitas pelayanan
publik.
Tujuan
Sistem engukuran Kinerja
Secara umum tujuan sistem pengukuran kinerja adalah
:
a.
Untuk mengkomunikasikan strategi secara
lebih baik (top down dan bottom up)
b.
Untuk mengukur kinerja finansial dan
non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan
pencapaian strategi
c.
Untuk mengakomodasi pemahaman
kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mecapai
goal congruence
d.
Sebagai alat untuk mencapai kepuasan
berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
B. Informasi Yang Digunakan Untuk
Pengukuran Kinerja
1. Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur
berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilian tersebut dilakukan dengan
menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang
dianggarkan.
2. Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolak
ukur lainnya. Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas
proses pengendalian manajemen.
Jenis informasi nonfinansial dapat dinyatakan dalam
bentuk variabel kunci (key variable) atau sering dinamakan sebagai key success factor, key result factor,
atau pulse point,variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor2
yang menjadi sebab keseksesan organisasi.
Contoh Variabel Kunci
Dinas/Unit Kerja
|
Variabel Kunci
|
Rumah sakit dan hotel
|
Tingkat hunian (kamar yang dipakai :
jumlah total kamar yang tersedia
|
Klinik kesehatan
|
Jumlah pelanggan (masyarakat) yang
dilayani per hari
|
Perusahaan Listrik Negara
|
KWH yang terjual
|
Perusahaan Telekomunikasi
|
Jumlah pulsa yang terjual
|
Perusahaan Air Minum
|
Jumlah debit air terjual
|
DLLAJ
|
Jumlah alat angkutan umum, paid
seats/capacity seats
|
Pekerjaan Umum
|
Panjang jalan yang
dibangun/diperbaiki, panjang jalan yg disapu
|
Kepolisian
|
Jumlah kriminalitas yang ditangani,
jmlh kecelakaan,pengaduan masy.
|
DPR/DPRD
|
Jumlah pengaduan dan tututa
masyarakat, jml rapat, jmlh UU/Perda,dll
|
Dipenda
|
Jumlah pendapatan yang terkumpul
|
C. Peranan Indikator Kinerja Dalam
Pengukuran Kinerja
Indikator kinerja digunakan sebagai indikator
pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat
berbentuk faktor2 keberhasilan utama organisasi (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator).
Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang
mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini
merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel2 kunci
finansial dan nonfonansial pada kondisi waktu tertentu
Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan
indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat
finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit
bisinis.
Pengembangan
Indikator Kinerja
Pengunaan indikator kinerja sangat penting untuk
mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efiseien
dan efektif.
Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk unit (unit cost), misalnya biaya per unit
pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah tong sampah yang terangkut,
biaya persiswa.
Contoh Pengembangan Indikator Kinerja
Dinas/Unit Kerja
|
Indikator Kinerja
|
Rumah sakit
|
Biaya total rata-rata
per pasien yang masuk
Biaya rata-rata rawat
jalan per pasien yang masuk
Buaya rata-rata
pelayanan medis dan paramedis per pasien yang masuk
Biaya rata-rata
pelayanan umum (ninklinis) per pasien yang masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa
tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien
rata-rata per bed per tahun
Rasio antara pasien
baru dengan pasien lama yang masuk kembali
Proporsi tingkat
hunian
|
Klinik kesehatan
|
Jumklah pelanggan
yang dilayani per hari per jumlah total penduduk untuk wilayah tertentu
|
Pekerjaan umum
|
Panjang jalan yang
dibangun atau diperbaiki/total panjang jalan
Panjang jalan yang
disapu atau dibersihkan/total panjang jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road
safety)
|
Kepolisian
|
% Jumlah kriminalitas
yang tertangani/jumklah kriminal yang terdeteksi/tercatat
% Penurunan jumlah
kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas
% Jumklah pengaduan
masyarakat yang tertangani/jumkah total pengaduan masyarakat yang masuk
|
DPR/DPRD
|
% Jumlah pengaduan
dan tuntutan masyarakat yang tertagani/jumlah total aspirasi yang masuk
Jumah rapat yang
dilakukan per bulan/tahun
Jumlah peraturan yang
dihasilkan perbulan/tahun
% Jumlah peserta rapat
per total anggota
|
Dipenda
|
% Jumlah pendapatan
yang terkumpul / potensi
|
Indikator penggunaan (utilization) pada dasarnya membandingkan antara jumlah pelayanan
yang ditawarkan (supply of service)
dengan permintaan publik (public demand).
Contoh lain adalah rata-rata jumlah penumpang per
bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui
frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.
D. Indikator Kinerja Dan Pengukuran
Value For Money
Value for money merupakan inti pengukuran kinerja
pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi
output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output,
dan outcome secara bersama-sama.
Istilah “ukuran kinerja” pada dasarnya berbeda
dengan istilah “indikator kinerja”. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian
kinerja secara langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada penilaian
kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang sifatnya hanya mengetahui
indikator2 kinerja sebagai dasar penilaian kinerja.
E. Pengukuran Value For Money
Kinerja pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen
publik dewasa ini adalah : ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan
akuntabilitas publik. Agar dalam menilai kinerja organisasi dapat dilakukan
secara obyektif, maka diperlukan indikator kinerja. Indikator kinerja yang
ideal harus terkait pada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.
F. Pengembangan Indikator Value For
Money
Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan
informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Hali ini tidak
berarti bahwa suatu indikator akan memberikan ukuran pencapaian program yang
definitif.
Tiga
Pokok Bahasan Dalam Indikator Value For Money
Sebagaimana telah disebutkan dimuka bahwa value for money merupakan inti
pengukuran kinerja pada unit2 kerja pemerintah. Pengembangan indikator kinerja
sebaiknya memusatkan perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi, efisiensi dan
efektivitas program dan kegiatan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai konsep value
for money atau yang dikenal dengan 3E.
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input). Dengan kata lain.
Ekonomi adalah praktek pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas
tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering
disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati2 atau cermat
(prudency) dan tidak ada pemborosan.




























Indikator
Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness)
Indikator efisiensi dan efektivitas harus digunakan
secara bersama-sama. Kerena di satu pihak, mungkin pelaksanaanya sudah
dilakukan secara ekonomis dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan tidak
sesuai dengan target yang diharapkan.
G. Langkah-Langkah Pengukuran Value
For Money
Pengukuran
Ekonomi
Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran
yang didapat, sedangkan pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang
dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif.
Pengukuran
Efisiensi
Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok
bahsan value for money. Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan
input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat
efisensi suatu organiasi.

Rasio efisensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut
tetapi dalam bentuk relatif. Unit A adalah lebih efisien dibanding unit B, Unit
A lebih efisien tahun ini dibandingkan tahun lalu.
Pengukuran
Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu
organisasi mencapai tujuannya, Apabila suatu organisasi berhasil mencapai
tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.
Pengukuran
Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan
terhadap masyarakat, Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena
output hanya mengukur hasil tanpa megukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan
(Smith,1996)
Elemen-Elemen Pengukuran Kinerja VFM
![]() |









Equity & Equality
![]() |
![]() |
||||
![]() |
|||||

Efektivitas
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |

Efisiensi 2
![]() |
|||
![]() |
|||


![]() |


![]() |
||||
![]() |
||||
![]() |
||||
![]() |



Estimasi
Indikator Kinerja
Suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi untuk
menentukan target kinerja yang ingin dicapai pada periode mendatang. Penentuan
target tersebut didasarkan pada perkembangan cakupan pelayanan atau indikator
kinerja. Estimasi dapat dilakukan dengan mengunakan :
1.
Kinerja tahun lalu, dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Hal tersebut merupakan
benchmark (perbandingan) bagi unit tersebut untuk melihat seberapa besar
kinerja yang telah dilakukan.
2.
Expert
Judment, digunakan karena kinerja tahun lalu akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja berikutnya. Teknik ini menggunakan pengetahuan dan
pengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja. Expert Judgment biasanya digunakan untuk melakukan estimasi
kinerja.
3.
Trend, digunakan dalam mengestimasi
indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu dalam pencapaian kinerja unit
kerja. Y = a + bt
Dimana,
Y = Indikator kinerja, a = Indikator kinerja autonomous t= time lag
4.
Regresi ini menggunakan rumus :
Y
= a + b1 X1 + b2X2 + e
Y
= a + b1 X1 + b2X2 + e
Dengan mengunakan rumus regresi sederhana dapat
dilakukan estimasi kinerja unit kerja. Hal ini dilakukan untuk menentukan
sebarapa besar pengaruh variabel2 independen mampu mempengaruhi variabel
independen (kinerja unit).
Pertimbangan
Dalam Membuat Indikator Kinerja
Langka pertama dalam membuat indikator kinerja
ekonomi, efsiensi, dan efektivitas adalah memahami operasi dengan menganalisis
kegiatan dan program yang akan dilaksanakan. Secara garis besar terdapat dua
jenis tindakan kebijakan yaitu imput dan proses yang mempunyai tujuan untuk
mengatur alokasi sumber daya imput untuk dikonversi menjadi output melalui satu
atau beberapa proses konvesi atau operasi.
Apabila ukuran numerik outcome tidak tersedia dan
ukuran efektivitas suatu program yang dapat dikuantifikasi tidak dapat
ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja antara (surrogate). Karena ukuran pengganti tersebut tidak dapat mengukur
secara tepat pencapaian program, maka ukuran tersebut harus digunakan dengan
hati-hati.Terlalu banyak perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut dapat
menyebabkan prilaku disfungsional pada manajer dan pengambil keputusan.
Contoh Indikator Kinerja di Perguruan Tinggi
Pertimbangan Input
|
||
Input
mahasiswa
|
-
Latar
belakang sosial ekonomi
-
Latar
belakang budaya
-
Kemampuan
diri
-
Hambatan/kesulitan
-
Tingkat
ekspektasi mahasiswa dan orang tua
-
Prestasi
akademik
|
|
Sumber
Daya
|
-
Jumlah
dosen (pangkat,golongan, dan pendidikan)
-
Jumlah
staf pendukung
-
Dukungan
orang tua mahasiswa (finansial dan lainnya)
-
Buku
dan perpustakaan
-
Fasilitas
(tuang kuliah,lab.komputer,bahasa,kantin,dsb)
|
|
Indikator
Proses
|
||
Staf
|
-
Kualitas
dosen
-
Tingkat
perpindahan dosen (turnover)
-
Sikap
dan perilaku para staf
|
|
Perkuliahan
|
-
Frekuensi
temu kelas dan konsultasi
-
Rasio
dosen/mahasiswa
-
Metode
mengajar
-
Mismatch
antara keahlian yang dimiliki dosen dengan mata kuliah yang diasuh
|
|
Kurikulum
|
-
Mata
kuliah utama
-
Mata
kuliah pilihan
-
Mata
kuliah keahlian (spesifik)
-
Sistem
ujian
-
Koordinasi
kurikulum
-
Dokumentasi
kurukulum
|
|
Daya
dukung pendidikan
|
-
Forum-forum
ilmiah (seminar,workshop,kuliah tamu, dsb)
-
Sarana
olah raga
-
Aktivitas
masyarakat
-
Jaringan
dengan industri dan dunia bisnis
-
Aktivitas
cultural dan lingkungan ektra kurukuler
|
|
Organisasi
|
-
Manajemen
perguruan tinggi
-
Organisasi
mahasiswa
-
Tingkat
keterlibatan tokoh masyarakat
|
|
Mutuality
|
-
Tingkat
ekspektasi dosen
-
Tingkat
tanggung jawab mahasiswa
-
Reward/punishment
system
|
|
Indikator
output / Throughput
|
||
Mahasiswa
|
-
Sikap
dan perilkau mahasiswa
-
Tingkat
kehadiran,ketidakhadiran, dan kemangkiran
-
Keterlambatan
-
Kinerja
akademik dan perkembangannya tiap semester
-
Partisipasi
kegiatan ektra kampus
-
Indeks
prestasi kumulatif rata-rata mahasiswa yang lulus
-
Keahlian
teknis (skor TOEFL rata-rata,komputer,GMAT,dsb)
-
Waiting
time rata-rata mahasiswa
|
|
Dosen
|
-
Tingkat
kehadiran, ketidak hadiran, dan kemangkiran
-
Keterlambatan
-
Jumlah
publikasi (buku,jurnal,dan artikel)
-
Jumlah
penelitian
|
BAB 9
TEKNIK
AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
A. Pendahuluan
Sistem akuntansi yang
dirancang dan dijalnkan secara baik akan menjamin dilakukannya prinsip
stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit kerja
pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak saja berfungsi sebagai
alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut
hendaknya mendukung pencapaian tujuan organisasi.
B. Teori Akuntansi Sektor Publik
Teori akuntansi
memiliki kaitan erat dengan akuntansi keuangan, terutama pelaporan keuangan
kepada pihak eksternal. Teori akuntansi publik sendiri sebenarnya masih
dipertanyakan apakah memang ada teori akuntansi sektor publik.
Untuk menghasilkan
laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat diandalkan, terdapat
beberapa kendala (constraints) yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah : (1) Objektivitas, (2) Konsistensi, (3) Daya banding, (4)
Tepat waktu, (5) Ekonomis dalam penyajian Laporan, (6) Materialistas.
Objektivitas merupakan
kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan yang relevan. Laporan
keuangan disajikan oleh manajemen untuk melaporkan kinerja yang telah dicapai
oleh manajemen selama periode waktu tertentu kepada pihak eksternal yang menjadi
stakeholder organisasi.
Konsistensi mengacu
pada penggunaan metode atau teknik akuntansi yang sama untuk menghasilkan
laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu secara
berturut-turut.Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat diperbandingkan
kinerjanya dari tahun ke tahun.
Daya Banding, laporan
keuangan sektor publik hendaknya dapat dibandingkan antar periode waktu dan
dengan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya banding berarti bahwa
laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja organisasi dengan
organisasi lain yang sejenis.
Tepat Waktu, laporan
keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik serta untuk menghindari
tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
Ekonomis Dalam
Penyajian Laporan Penyajian laporan keuangan membutuhkan biaya. Semakin banyak
informasi yang dibutuhkan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Kendala
ekonomis dalam penyajian laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang
diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
laporan tersebut.
Materialistas, suatu
informasi dianggap material apabila mempengaruhi keputusan, atau jika informasi
tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda. Penentuan
materialistas memang bersifat pertimbangan subjektif (subjective judgement), namun pertimbangan tersebut tidak dapat
dilakukan menurut selera pribadi. Pertimbangan yang digunakan merupakan
profesional judgement yang mendasarkan pada teknik tertentu.
C.
Perlunya
Sistem Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi merupakan
aktivitas jasa untuk menyediakan informasi yang diperlukan dalam pengambilan
keputusan. Pada sektor publik, pengambilan keputusan terkait dengan keputusan
ekonomi, sosial dan politik.
Ruang lingkup akuntansi
keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data,
penganalisaan,pengklasifikasian,pencatatan, dan pelaporan atas transaksi
keuangan pemerintah sebagai suatu entitas, serta penafsiran terhadap hasil-hasilnya.
D. Standar Akuntansi Sektor Publik
Standar akuntansi
merupakan pedoman atau prinsip2 yang mengatur perlakuan akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan
keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik khusus yang digunakan
untuk mengimplementasikan standar.
Ada beberapa hal yang
harus dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain :
a.
Standar memberikan pedoman tentang
informasi yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan, kinerja, dan
aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi.
b.
Standar memberikan petunjuk dan aturan
tindakan bagi auditor yang memungkinkan pengujian secara hati-hati dan
independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan
suatu organisasi serta saat membuktikan kewajarannya.
c.
Standar memberikan petunjuk tentang
kumpulan data yang perlu disajikan yang berkaitan dengan berbagai variabel yang
patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi, perencanaan serta
regulasi ekonomi dan peningkatan efiseinsi ekonomi serta tujuan sosial lainnya.
d.
Standar meghasilkan prinsip dan teori
yang penting bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam disiplin ilmu
akuntansi.
E. Teknik-Teknik Akuntansi keuangan
Sektor Publik
Terdapat beberapa
teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh sektor publik, yaitu : (1)
Akuntansi Anggaran, (2) akuntansi Komitmen, (3) Akuntansi Dana, (4) Akuntansi
Kas, (5) Akuntansi Akrual.
Akuntasi kas, akuntansi
akrual, akuntansi komitmen berbeda satu dengan lainnya karena adanya perbedaan
waktu pengakuan pendapatan dan biaya. Dal hal pengakuan pendapatan, pada
dasarnya terdapat dua langkah yang mempengaruhi pencatatan, yaitu pada saat
barang dikirim dan faktur dikeluarkan, dan pada saat barang dikirim dan faktur
dibayar.
Akuntansi Anggaran,
merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah yang dianggarkan dengan
jumlah aktual dan dicatat secara berpasangan (double entry).Akuntansi anggaran merupakan praktifk akuntansi yang
banyak digunakan organisasi dalam format yang sama dan sejajar dengan
anggarannya.
Akuntansi Komitmen
adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat order
dikeluarkan.Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat faktur diterima
dan mengakui pendapatan ketika faktur dikeluarkan. Akuntansi komitmen
terkandang hanya menjadi subsistem dari sistem akuntansi utama yang dipakai
organisasi.
Akuntansi Dana (Fund Accounting), pada organisasi
sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah pencairan sumber dana dan
alokasi dana. Penggunaan dana dan peran anggaran sangat penting dalam
organisasi sektor publik.
Perbandingan antara
akuntansi dana pada organisasi bisnis dengan organisasi sektor publik dapat
digambarkan sebagai berikut :
Organiasi
Bisnis
|
Organisasi Sektor
Publik
|
|
A
= U + KB
|
Dana
1
A = U + SD
Dana 3
A=U + SD
Aktiva Tetap
|
Dana 2
A=U + SD
Dana n
A=
U + SD
Uatng
Jk Pjg
|
Keterangan : A= Aktiva,
SD= Saldo Dana, KB=Kekayaan Bersih, U=Utang
Terdapat dua jenis dana
yang digunakan pada organisasi sektor publik yaitu :
1.
Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund) digunakan untuk
mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang
dapat dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis
akuntansi dana ini digunakan pada organisasi pemerintahan (governmental funds).
2.
Dana yang tidak dapat dibelanjakan (nonexpendable fund): untuk mencatat
pendapatan, biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya
mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis (proprietary
funds).
Perbedaan antara
akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasis akrual dapat dilihat sebagai
berikut :
1.
Basis kas : Penerimaan kas-pengeluaran
kas = Perubahan kas
2.
Basis Akrual : Pendapatan (income) – Biaya-biaya
= Rugi/laba (surplus/defisit)
3.
Pendapatan (income) : Penerimaan kas
selama satu periode akuntansi – saldo awal piutang + saldo akhir piutang
4.
Biaya : Kas yang dibayarkan selama satu
periode akuntansi – saldo awal utang + saldo akhir utang.
Single
Entry dan Double Entry
Single entry pada
awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dengan alasan utama demi kemudahan
dan kepraktisan.Sementara itu pengaplikasian pencatatan transaksi dengan sistem
double entry ditujukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang auditable dan traceable. Kedua hal ini merupakan faktor utama untuk menghasilkan
informasi keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan
sistem double entry, maka dapat dilakukan pengukuran kinerja secara lebih
tepat.
BAB
10
LAPORAN
KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Laporan keuangan
organisasi sektor publik merupakan komponen penting untuk menciptakan
akuntabilitas sektor publik.
A. Pendahuluan.
Sektor publik merupakan
organiasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas sektor publik tersebut
menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen
lebih bervariasi.
Akuntansi sektor publik
memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu
bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik, Akuntansi dan laporan keuangan
mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan
pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk
menilai kinerja organisasi.
B. Tujuan Dan Fungsi Laporan keuangan
Sektor Publik.
Secara umum, tujuan dan
fugsi laporan keuangan sektor publik adalah :
1.
Kepatuhan dan Pengelolaan (compliance and stewardship), laporan
keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan
dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2.
Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif
(accountability and retrospective
reporting). Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
publik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi
manajemen, memberikan dasar untuk mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian
atas tujuan yang telah ditetapkan, dan membandingkannya dengan kinerja
organiasi lain yang sejenis jika ada.
3.
Perencanaan dan Informasi Otorisasi (planning and authorization information):
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan
aktivitas di masa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan
informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
4.
Kelangsungan organisasi (viability), Laporan keuanagan berfungsi
untuk membantu pembaca dalam menetukan apakah suatu organiasi atau unit kerja
dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa (pelayanan) dimasa yang akan
datang.
5.
Hubungan Masyarakat (public relation), Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan
kesempatan kepada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang
telah dicapai kepada pemakai yang dipengaruhi, karyawan dan masyarakat.
6.
Sumber fakta dan gambaran (source of facts and figures), laporan
keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai kelompok
kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.
Sumber
Daya Finansial Jangka Pendek
Sumber daya finansial
jangka pendek sangat penting bagi pemerintah untuk melakukan transaksi rutin.
Sumber keuangan jangka pendek tidak selalu dapat disediakan dengan segera. Oleh
karena itu, penggunaan dana tersebut sering dibatasi. Kas merupakan contoh
sumber finansial jangka pendek yang siap digunakan.
Kondisi Ekonomi
Suatu entitas mengacu
pada seberapa bagus nilai ekonomi suatu entitas pada waktu tertentu. Nilai
ekonomi merupakan selisih antara sumber daya total yang dimilki oleh suatu
entitas dengan total utang yang menjadi kewajibannya. Nilai ekonomi merupakan
nilai bersih entitas (total aset – total utang).
Ketentuan Hukum,
Kontraktual, dan Ketentuan Lainnya
Unit pemerintah
memiliki kendala khususs dalam melakukan aktivitasnya, yaitu dibatasi oleh
peraturan hukum dan perundang-undangan serta ketentuan lain yang ditetapkan.
Perencanaan dan
Penganggaran
Informasi akuntansi
diperlukan untuk melakukan perencanaan keuangan, menghitung biaya program, dan
penggangaran. Anggaran merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian
pemerintah.
Kinerja Manajerial dan
Organisasional
Kinerja pemerintah
tidak dapat dinilai berdasarkan laba yang diperoleh, karena organisasi
pemerintah bukan entitas bisnis yang mencari laba. Laba bukan merupakan ukuran
kinerja yang relevan bagi unit pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan alat
ukur kinerja yang lain yang lebih tepat.
C. Tujuan Laporan keuangan Menurut
SFAC No.4
Sebagai bagian dari
usaha untuk membuat rerangka konseptual,Financilan
Accounting Standart Board (FASB, 1980) mengeuarkan Statment of Financial Accounting Concepts tives of financial reporting
by nonbusiness organizations).
D. Pemakai Laporan Keuangan Sektor
Publik Dan Kepentingannya
Pemakai laporan
keuangan sektor publik dapat diidentifikasikan dengan menelusu siapa yang
menjadi stajeholder organisasi. Stakeholder organisasi sektor publik telah
dibahas.
E. Hak Dan Kebutuhan Pemakai Laporan
Keuangan
Pada dasarnya
masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu :
a.
Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu :
-
Mengetahui kebijakan pemerintah
-
Mengetahui keputusan yang diambil
pemerintah
-
Mengetahui alasan dilakukannya suatu
kebijakan dan keputusan tertentu.
b.
Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak
untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan2 tertentu yang menjadi
perdebetan publik
c.
Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard to be listened to).
F. Perbedaab Laporan Keuangan Sektor
Publik Dengan Sktor Swasta
Beberapa perbedaan
laporan keuangan pemerintah dengan laporan keuangan sektor swasta. Laporan
keuangan pemerintah dalam beberapa hal berbeda dengan laporan keuangan pada
sektor swasta.
Perbandingan Laporan
Keuangan Pemeintah dengan Sektor Swasta
Perbedaan
|
||||
|
||||
Persamaan
Dokumen-dokumen
sumber
Berperan
sebagai hubungan masyarakat (public relations)
|
G. Luas Pengungkapan (Disclosure) Yang
Diperlukan
Pemerintah harus
menetukan kebijakan yang menjelaskan kompnen apa saja yang dapat dikategorikan
sebagai pendapatan atau biaya operasi yang tepat untuk suatu unit kerja yang
dilaporkan, luas pengungkapan (disclosure) dan kebijakan2 akuntansi tambahan
untuk hal2 sebagai berikut.
1.
Fokus pengukuran dan dasar akuntansi
yang digunakan untuk pembuatan laporan
2.
Kebijakan menghapuskan/menghentikan
aktivitas internal unit kerja pada Laporan Aktivitas.
3.
Kebijakan kapitalisasi aktiva dan
menaksir umur ekonomi aktiva2 tersebut untuk menentukan biaya depresiasinya
4.
Deskripsi mengenai jenis2 transaksi yang
masuk dalam penerimaan program dan kebijakan untuk mengalokasikan biaya2 tidak
langsung kepada suatu fungsi atau unit kerja dalam laporan aktivitas.
5.
Kebijakan pemerintah dalam menetukan
pendapatan operasi dan non-operasi.
6.
Pemerintah harus mengungkapan secara
detail/lengkap dalam catatan (notes) laporan keuangan mengenai aset modal dan
utang jangka panjang.
BAB
11
VALUE FOR
MONEY AUDIT
A.
Pendahuluan
Untuk menjamin
dilakukan pertanggungjawaban publik oleh lembaga2 pemerintah maka diperlukan
perluasan sistem pemeriksaan, tidak sekedar conventional
audit, namun perlu juga dilakukan value
for money audit (VFM audit).
B.
Karakteristik
Value For Money Audit
Audit kinerja yang
meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya merupakan
perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya.
Audit kinerja
memfokuskan pemeriksaan pada tindakan2 dan kejadian2 ekonomi yang menggambarkan
kinerja entitas satu fungsi yang diaudit. Definisi audit kinerja adalah suatu
proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar
dapat melakukan penilian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi,
efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap
kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuian antara
kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
C.
Audit
Ekonomi Dan Efisiensi
Ekonomi mempunyai arti
biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output
dengan biaya (input). Karena output dan biaya diukur dalam unit yang berbeda
maka efisensi dapat terwujud ketika dengan sumberdaya yang ada dapat dicapai
output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumberdaya yang
sekecil-kecilnya. Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan : (1)
apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber dayanya
(seperti karyawan,gedung,ruang,dan peralatan kantor) secara ekonomis dan
efisiensi;(2) penyebab terjadinya praktik2 yang tidak ekonomis atau tidak
efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sistem informasi,
prosedur administrasi, dan struktur organisasi.
D.
Audit
Efektivitas
Efektivitas berkaitan
dengan pencapaian tujuan. Menurut Audit
Commission (1986), efektivitas berarti menyediakan jasa2 yang benar
sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan
dan tujuannya.
Secara lebih rinci,
tujuan pelaksana audit efektivitas atau audit program adalah untuk :
a.
Menilai tujuan program, baik yang baru
maupun yang sudah berjalan, apakah sudah memadai dan tepat
b.
Menentukan tingkat pencapaian hasil
suatu program yang diinginkan
c.
Menilai efektivitas program dan atau
unsur2 program secara terpisah/sendiri-sendiri
d.
Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan
e.
Menentukan apakah manajemen telah
mempertimbangkan alternatif untuk melaksanakan program yang mungkin dapat
memberikan hasil yang lebh baik dan dengan biaya yang lebih rendah
f.
Menentukan apakah program tersebut
saling melengkapi, tumpang-tindih atau bertentangan dengan program lain yang
terkait
g.
Mengindentifikasi cara untuk dapat melaksanakan
program tersebut dengan baik
h.
Menilai ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk program tersebut.
i.
Menilai apakah sistem pengendalian
manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat
efektivitas program
j.
Menentukan apakah manajemen telah
melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawababkan mengenai
efektivitas program.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa audit
kinerja pada dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan
dan prosedurnya.
Bagan berikut menjelaskan karakteristik audit
kinerja yang merupakan gabungan antara audit manajemen dan audit program :



















Untuk melaksanakan proses audit kinerja pada
organisasi sektor publik (pemerintahan) diperlukan beberapa prasyarat.
Prasyarat2 yang harus dipenuhi dalam audit kinerja yaitu :
1.
Auditor (orang/lembaga yang melakukan
audit), auditee (pihak yang diaudit), recipent (pihak yang menerima hasil
audit)
2.
Hubungan akuntabilitas antara auditee (subordinate) dan audit recipent (otoritas yang lebih tinggi)
3.
Independensi antara auditor dan auditee
4.
Pengunjian dan evaluasi tertentu atas
aktivitas yang menjadi tanggung jawab auditee oleh auditor untuk audit
recipent.
Hubungan antara pihak2
yang terlibat dalam audit kinerja dan fungsi dan fungsi yang terjadi diantara
pihak2 tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut :

Audit
Relationship
Orang yang menguji akuntabilitas







![]() |
|||
![]() |
|||


Entitas menuntut akuntabilitas pihak entitas bertanggungjawab pada
Kedua dan menerima laporan hasil
pengujian pihak ketiga
akuntabilitas tsb
Akuntabilitas dari pihak pertama
diuji oleh pihak pertama
Management
and Technical Review
Telaah
fungsi manajemen secara umum mengenai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian dan metode/teknik khusus yang digunakan oleh entitas
untuk menetukan apakah : 1) Rencana yang matang telah dikembangkan untuk
mencapai hasil yang diinginkan, 2) terdapat struktur yang memadai tentang
wewenang dan tanggung jawab manajemen, 3) manajemen telah secara jelas
mengkomunikasikan ekspektasinya kepada pihak2 yang bertanggung kawab atas
operasi, 4) pelaksanaan diawasi dan dievaluasi secara reguler dengan
menggunakan kriteria yang memadai sehingga varian dari rencana dapat didektesi
dan dikoreksi tepat pada waktunya.
Special Studies
Telaah
yang diarahkan untuk mencapai kesesuaian terhadap spesifikasi tertentu sesuai
dengan permintaan. Sebagai contoh , special
studies mungkin dilaksanakan untuk : 1) Penelitian mengenai dugaan
terjadinya kesalahan atau kecurangan, 2) menilai kecukupan pengendalian
internal dalam sistem informasi manajemen atau sistem akuntansi yang
diterapkan, 3) Konsultasi dengan manajemen dengan masalah keuangan khusus atau
berkaitan dengan kinerja, 4) mengevaluasi penggunaan dana untuk kegiatan
investasi yang mungkin berpengaruh terhadap operasi organisasi di masa
mendatang.
E.Standar Audit Pemerintah (SAP)
Tahun 1995
Sejauh
ini, audit kinerja terhadap lembaga2 pemerintah di Indonesia dilakukan dengan
berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang dikeluarkan oleh Badan
Pemeriksa keuangan (BPK) tahun 1995.
1.Standar
Umum
a. Staf yang ditugasi untuk melaksanakan
audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
tugas yang disyaratkan.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan
pekerjaan audit, organisasi/lembaga audit dan auditor, baik pemerintah maupun
akuntan publik, harus independen (secara organisasi maupun secara pribadi)
c. Dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan seksama.
d. Setiap organisasi/lembaga audit yang
melaksanakan audit berdasrkan SAP ini harus memiliki sistem pengendalian intern
yang memadai.
F. Audit Kinerja Pemerintah Daerah
Dalam Konteks Otonomi Daerah
Terdapat
tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan.Pada tataran teknis aplikatif juga berbeda,
pengawasan oleh DPR/DPRD dilakukan pada tahap awal. Pengendalian dilkuakan
tertutama pada tahap mencegah (operasionalisasi anggaran), yaitu level
pengendalian manajemen (manajemen
control) dan pengendalian tugas (task control), sedangkan pemeriksaan
dilakukan pada tahap akhir.
G.Permasalahan Audit Kinerja
Lembaga Pemerintah di Indonesia
Pemberian
otonomi dan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada
daerah kabupaten/kota akan membawa konsekuensi perubahan pada pola dan sistem
pengawasan dan pemeriksaan. Perubahan pola pengawasan yang mendasar adalah
dengan memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri, maka diperlukan peningkatan peran DPRD dan
masyarakat luas dalam pengwasan penyelenggaraan pemerintah, karena nantinya
kepala daerah bertanggungjawab kepada DPRD dan masyarakat.
BAB
12
PROSES AUDIT KINERJA
A.Struktur Audit Kinerja
Pada
dasarnya, struktur audit baik audit keuangan, audit kepatuhan , audit
manajemen, audit program, dan audit jenis lainnya secara umum adalah sama.
Secara
umum, struktur audit terdiri dari : 1) Tahap-tahap audit, 2)Elemen
masing-masing tahap audit, 3) Tujuan umum masing2 elemen, 4) Tugas2 tertentu
yang diperlukan untuk mencapai setiap tujuan.
Audit
kinerja pada dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan
dan prosedurnya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit diatas, dapat
dikembangkan struktur audit kinerja yang terdiri atas : 1) Tahap pengenalan dan
perencanaan (familiarzation and planing
phase). 2) Tahap pengauditan (audit phase), 3) Tahap pelaporan (reporting
phase), 4) Tahap penindaklanjutan (follow-up
phase)
Struktur
Audit Kinerja
TAHAP
|
ELEMEN
|
Tahap Pengenalan dan Perencanaan
Tahap Audit
Tahap Pelaporan
Tahap Follow-up
|
Survei
Pendahuluan
Review
Sistem Pengendalian Manajemen
Review
Hasil-hasil Program
Review
Ekonomi
Review
Kepatuhan
Persiapan
Laporan
Review
dan Revisi
Pengiriman
dan Penuajian Laporan
Desain
Follow-up
Investigasi
Pelaporan
|
C.
Tahap Audit
Tahapan dalam audit kinerja terdiri dari
tiga elemen yaitu : 1) Telaah hasil2 program (program result review), 2) Telaah ekonomi dan efisiensi (economy and efficiency review, dan 3)
Telaah kepatuhan (comlienace review).
D.Tahapan
Pelaporan
Pengorganisasian dan pelaporan temuan2
audit secara tertulis akan membuat hasil pekerjaan yang telah dilakukan menjadi
lebih permanen. Selain itu, laporan tertulis juga sangat penting untuk
akuntabilitas publik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penulisan laporan audit kinerja : 1) Laporan audit kinerja harus ditulis
secara obyektif, 2) Auditor tidak boleh terlalu overstate, 3) Informasi yang disajikan harus disertai suatu bukti
yang kompeten, 4) Auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif,
memberikan pengakuan terhadap kinerja yang baik maupun kinerja yang buruk. 5)
auditor hendaknya mengkomodasi usaha2 yang dilakukan oleh manajemen untuk
memperbaiki kinerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Akuntansi
Sektor publik ..Prof.Dr.Mardiansmo, MBA, Ak.
Link 12bet Login, Login & Sign Up - Viecasino.com
BalasHapusLink 12bet 인카지노 Login, Login & Sign Up - Viecasino.com, bk8 viecasino.com, link 12bet viecasino.com.